Lukas Enembe Meninggal Dunia
Kericuhan di Jayapura Disebut Akibat Akumulasi Kekecewaan Rakyat Papua terhadap Pemerintah dan KPK
Sebab, Lukas Enembe yang menderita sakit permanen tidak diperlakukan maksimal untuk mendapatkan hak atas layanan kesehatannya.
Penulis: Paul Manahara Tambunan | Editor: Paul Manahara Tambunan
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA – Kericuhan yang terjadi di Jayapura saat pengantaran jenazah eks Gubernur Papua, Lukas Enembe ke kediamannya, diklaim akibat akumulasi kekecewaan masyarakat terhadap pemeruintah pusat.
Akumulasi kekecewaan rakyat Papua juga termasuk perlakuan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam menangani kasus yang melilit Gubernur Papua dua periode itu.
Sebab, Lukas Enembe yang menderita sakit permanen tidak diperlakukan maksimal untuk mendapatkan hak atas layanan kesehatannya.
Demikian pandangan politisi senior Papua, Paskalis Kosay secara tertulis diterima Tribun-Papua.com di Jayapura, Sabtu (30/12/2023).
Berdasarkan pemeriksaan ol;eh dokter, lanjut Paskalis Kosay, Lukas Enembe disebut mengalami sakit permanen, tetapi lembaga antirasuah tersebut memaksakan kehendak.
"Kalau sakit permanen, harusnya Lukas Enembe mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal," kata Kosay kepada Tribun-Papua.com di Jayapura, Sabtu (30/12/2023).
Karena itu, ia menilai KPK dan pemerintah betindak tak adil terhadap Lukas Enembe.
Baca juga: BREAKING NEWS: Massa Bakar Pertokoan di Waena, Warga Kota Jayapura Trauma Ricuh 2019 Terulang
Perlakuan ini pun dianggap masyarakat Papua tidak manusiawi, hingga menambah deretan kekecewaan terhadap pemerintah.
"Peristiwa atau insiden penghadangan terhadap PJ Gubernur Papua dan Kapolda Papua sampai berlanjut kerusakan fasilitas umum itu merupakan ekspresi dan pelampiasan kekecewaan rakyat," katanya.
Kosay menyimpulkan, deretan peristiwa mulai pelemparan pejabat Papua, jurnalis, hingga pembakaran belasan ruko dan perusakan kendaraan di Jayapura oleh massa pengarak jenazah Lukas Enembe, adalah bentuk ekspresi spontan rakyat atas ketidakadilan pemerintah terhadap pemimpin Papua.
"Menurut saya tidak ada motif lain atau kepentingan lain yang memprovokasi peristiwa tersebut. Itu murni pelampiasan kekecewaan," jelasnya.
Meski begitu, mantan Anggota DPR RI itu mengakui aksi maayarakat itu justru mengurangi simpati dan penghormatan kepada almarhum Lukas Enembe.
"Sayangnya, (pelampiasan) dapat menghilangkan ketokohan bapak Lukas Enembe," ujarnya.
"Seandainya seluruh rakyat mengikuti dengan tertib seluruh prosesi agenda yang disusun pihak Gereja GIDI , keluarga dan Pemprov Papua, simpati semakin meluas dan tidak mungkin terjadi perlawanan yang memperkeruh Kamtibmas di Kota dan Kabupaten Jayapura," pungkasnya.
Kronologi Kericuhan

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.