ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Papua Terkini

IRJEN FAKHIRI di Mata Mantan Panglima OPM Wilayah Victoria

Lambert mengatakan, perjuangannya dengan mengangkat senjata selama 20 tahun tidak pernah membuahkan hasil dan hanya menyebabkan jatuhnya korban jiwa.

Penulis: Roy Ratumakin | Editor: Roy Ratumakin
Tribun-Papua.com/Istimewa
Mantan Panglima tinggi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) wilayah Victoria, Lambert Pekikir. 

TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA – Sekitar tahun 2008 hingga 2013, nama Lambert Pekikir kerap muncul di media sebagai Koordinator Umum Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat – Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) dan sekaligus memimpin markas Victoria, Papua Nugini.

Wilayah operasionalnya saat itu adalah di Kabupaten Keerom dan Papua Nugini yang memang berbatasan langsung.

Baca juga: MANTAN PIMPINAN OPM Puji Kapolda Papua, Lambert Pekikir: Irjen Fakhiri Number One

Lama tidak terdengar, kini Lambert Pekikir kembali muncul. Namun, saat ini ia tidak lagi menuntut kemerdekaan Papua, ia justru memberikan apresiasi kepada Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D Fakhiri yang selalu berpihak kepada masyarakat.

Lambert mengatakan, perjuangannya dengan mengangkat senjata selama 20 tahun tidak pernah membuahkan hasil dan hanya menyebabkan jatuhnya korban jiwa.

 

 

Sampai akhirnya, ia mulai memikirkan untuk berdialog dengan pemerintah Indonesia guna menyelesaikan masalah di Papua.

Pandangannya itu ternyata banyak bertentangan dengan rekan seperjuangannya yang masih memiliki tujuan untuk berperang melawan TNI dan Polri.

Kemudian pada 2013, ia secara khusus membuka komunikasi dengan aparat keamanan agar ia bisa langsung menyuarakan aspirasinya di depan presiden.

Setahun kemudian, Lambert didampingi J.O Sembiring yang saat ini menjadi Komandan Korem 172/PWY dengan pangkat Brigjen, bertemu dengan Presiden Indonesia saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono.

Baca juga: Eks Panglima OPM Lambert Pekikir: Papua Damai Hanya Bisa Dicapai Melalui Dialog, Bukan Kekerasan!

Kembali ke Pangkuan NKRI

Setelah pertemuan itu, Lambert pun berkomitmen untuk mendukung segala bentuk pembangunan di tanah Papua.

Lantas, apa yang menyebabkan dirinya mengapresiasi Irjen Fakhiri?

Dalam keterangan tertulisnya, Lambert menilai keberpihakan Irjen Fakhiri kepada generasi muda Papua, khususnya orang asli Papua dan anak-anak para ondofolo atau kepala suku dalam penerimaan anggota Polri sangat tepat dan patut didukung seluruh masyarakat Papua dimanapun.

“Saya ucapkan banyak terima kasih, selama kepemimpinan Kapolda Fakhiri membuat situasi Tanah Papua aman, damai dan tertib. Itu sangat luar biasa. Kalau orang Papua Nugini bilang number one,” kata Pekikir di Kabupaten Keerom, Senin (27/5/2024).

Meskipun ada kekhususan, Lambert tetap meminta kepada jenderal bintang dua tersebut, untuk tetap memperhatikan anak-anak asli Papua yang ingin menjadi anggota polisi.

Baca juga: Lambert Pekikir, Kisah Tokoh OPM yang Kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi: Ada Andil SBY

“Berikan peluang sebesar-besarnya kepada anak-anak Papua dalam tes-tes berikutnya. Artinya untuk anak-anak Papua diprioritaskan lebih khusus anak-anak perbatasan Kabupaten Keerom,” ujarnya.

Sementara kepada anak-anak Papua, Lambert berpesan untuk tidak mengabaikan kriteria maupun aturan yang sudah ditetapkan dalam penerimaan polisi.

Ia menegaskan, jangan karena merasa anak kepala suku, anak kepala kampung, dan anak kepala distrik akhirnya mengabaikan semua persyaratan yang sudah ditentukan.

“Cobalah untuk bersaing lewat mekanisme dan aturan yang sudah ditetapkan oleh pihak Polri dalam program penerimaan 2.000 anggota Polri,” katanya.

 

 

Sepak Terjang Lambert Pekikir

Lambert Pekikir merupakan otak dari penyerangan terhadap TNI dan seorang kepala desa di Kabupaten Keerom, Papua pada medio 2012 silam.

Lambert Pekikir pada jaman pemberontakannya terhadap NKRI berpangkat Panglima Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Tribun-Papua.com berkesempatan bertemu dengan Lambert Pekikir pada Rabu (17/8/2022).

Ada banyak kisah yang diceritakan mantan OPM tersebut.

Lambert mengisahkan, awal mula dirinya bergabung dnegan OPM pada media 1993.

Baca juga: KPK Kampung Skouw Mabo Apresiasi Irjen Fakhiri Soal Penerimaan 2.000 Anggota Casis di Papua

Saat itu, kata Lambert dirinya langsung diangkat menjadi Kepala Senat Pemerintahan Papua Barat di Wilayah Great Waris.

Great Waris adalah perbatasan antara Provinsi Irian Jaya (kini Papua) dengan Papua Nugini (PNG).

“Saya diangkat oleh Jacob Prai untuk menjabat sebagai Koordinator umum dan panglima tinggi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) di markas Victoria,” kata Lambert.

Markas Victoria tersebut berada di Kampung Workwana, Distrik Arso, Kabupaten Keerom, Papua.

Selama menjadi Panglima Tinggi OPM, Lamber terus melakukan perlawanan kepada NKRI, namun dengan berjalannya waktu, pada medio 2010, dia dipanggil oleh utusan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yaitu Farid Husein.

Saat itu, Farid Husein menyampaikan kepada dirinya bahwa ada baiknya mencari solusi demi penyelesaian konflik Papua lewat sebuah proses demokrasi yang disebut dialog Papua-Jakarta.

Baca juga: Bakal TANDEM dengan Irjen Fakhiri, Ini Sosok Benyamin Arisoy di Mata Sang Jenderal

“Saya mulai berpikir, tanpa dialog, permasalahan konflik Papua tidak pernah dapat terselesaikan secara menyeluruh. Moment itu yang saya gunakan untuk mencari cara meninggalkan OPM,” ujarnya.

Tepat pada medio 2013, tanpa sepengetahuan rekan-rekan seperjuangannya, Lamber mulai membangun komunikasi khusus dengan Badan Intelijen Negara (BIN) dengan harapan bakal ada sebuah dialog untuk penyelesaian konflik Papua.

Semua harapan itu terjawab di medio 2014, dimana Lambert diundang oleh SBY untuk berkomunikasi melalui video call.

"Setelah komunikasi, Bapak Presiden meminta saya harus berangkat ke Jakarta untuk menyampaikan aspirasi kepada Pemerintah RI untuk melakukan dialog guna penyelesaian konflik di Tanah Papua," tukasnya.

 

 

Atas permintaan itu, Lamber pun memutuskan kembali bersama NKRI.

Setelah membuat keputusan, Lamber mulai kembali ke Kabupaten Keerom, dan mempersiapkan dirinya berangkat ke Jakarta bertemu para pejabat tinggi Negara.

"Pada saat itulah saya bertemu dengan anak JO Sembiring (kini Dandrem 172 PWY XVII/Cenderawasih) dan beliau lah memfasilitasi sekaligus mengawal saya berangkat ke Jakarta,” kata Lambert.

Saat bertemu dengan sejumlah petiggi negara, kata Lambert, dirinya menyampaikan semua aspirasi tentang solusi penyelesaian konflik di Tanah Papua.

“Negara mau memberi jaminan kepada saya untuk tetap tinggal dan membangun NKRI di Papua serta membantu negara menyelesaikan konflik di Papua,” ujarnya.

“Persoalan konflik di Papua bukanlah hal yang gampang, diperlukan proses yang panjang karena keunikan dari bangsa Papua sangat sulit untuk dipersatukan," sambungnya.

Diketahui, untuk menjaga kedamaian di Tanah Papua, saat ini Lambert Pekikir juga membangun kerjasama dengan pihak gereja dengan lembaga-lembaga HAM.

"Itu sekilas sejarah saya dan sampai saat ini saya sudah berada bersama dengan Pemerintah RI serta aparat keamanan TNI-Polri di tengah-tengah masyarakat,” kata Lambert.

“Saya juga mau mengajak semua pihak agar mari kita budayakan budaya demokrasi, membangun budaya dialog untuk menyelesaikan setiap permasalahan di Papua," ajak Lambert. (*)

Sumber: Tribun Papua
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved