Penembakan di Puncak Jaya
Tiga Warga Puncak Jaya Ditembak, Polisi Bilang Begini Usai Rapat Bersama Forkopimda
Terbaru, pihak keluarga korban menegaskan anggota keluarganya yang ditembak TNI bukanlah bagian dari gerombolan OPM.
Penulis: Hendrik Rikarsyo Rewapatara | Editor: Paul Manahara Tambunan
Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Hendrik Rewapatara
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Pemerintah Kabupaten Puncak Jaya, Papua Tengah dan aparat keamanan terus lakukan upaya preventif dan restoratif pasca ricuh di depan RSUD Mulia, pada Rabu (17/7/2024).
Pemkab Puncak Jaya dan aparat gabungan TNI-Polri telah melaksanakan rapat Pemulihan Kondisi Kamtibmas bertempat di di Kediaman Sekda Puncak Jaya Pagaleme, Kamis (18/7/2024).
Diketahui, pertemuan ini sebagai upaya preventif dan restoratif pasca ricuh di Depan RSUD melalui mediasi antara TNI-Polri dan Keluarga Korban yang difasilitasi Pemkab Puncak Jaya.
Kapolres Puncak Jaya, AKBP Kuswara mengatakan rapat dilaksanakan setelah tim mediasi melakukan pertemuan dan klarifikasi kronologi di lokasi Duka Distrik Muara yang disepakati untuk damai.
“Pertemuan ini disepakati damai dan kondisi Kabupaten Puncak Jaya sudah berangsur aman dan kondusif,” kata
AKBP Kuswara melalui keterangan tertulis, Sabtu (20/7/2024)..
Baca juga: Sebby Sambom: Tiga Orang Tewas Ditembak TNI di Puncak Jaya Bukan Anggota Organisasi Papua Merdeka
Lebih lanjut, Kuswara mengatakan Polres Puncak Jaya akan intensif melakukan patroli gabungan skala besar diseputaran kota Mulia dan dilakukan swuiping terhadap masyarakat yang memegang alat tajam.
“Hal ini dilakukan guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan kedepannya,” pungkasnya.
Diketahui, dalam rapat itu turut hadir Pj. Sekda Puncak Jaya, Yubelina Enumbi, Kapolres Puncak Jaya, AKBP Kuswara, Dandim 1714 Puncak Jaya, Letkol Inf Irawan Setya Kusuma Forkompimda bersama Tokoh masyarakat, keluarga Korban, Pimpinan Ormas dan OPD teknis lainya.

Tiga warga tewas ditembak TNI
Sebelumnya, tiga warga Kabupaten Puncak Jaya, Papua Tengah, tewas ditembak anggota Satgas TNI pada Selasa (16/7/2024) malam.
Mereka yang tewas ditembak yakni Dominus Enumbi, Pemerintah Murib, dan Tonda Wanimbo.
Penembakan berlangsung di Kampung Karubate, Distrik Mulia, Kabupaten Puncak Jaya pukul 20.12 WIT.
Kapendam XVII/Cenderawasih, Letkol Inf Candra Kurniawan menyebut, ketiga korban yang ditembak Satgas Yonif RK 753/AVT itu merupakan anggota Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB)-Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Besoknya, Rabu (17/7/2024), masyarakat protes atas penembakan.
Sebab, ketiga korban disebut bukan anggota OPM, melainkan warga sipil serta kepala kampung.
Kericuhan pun sempat pecah di kawasan RSUD Puncak Jaya. Massa membakar sejumlah mobil milik TNI dan Polri, serta membakar dan merusak sjumlah fasilitas.
Terbaru, pihak keluarga korban menegaskan anggota keluarganya yang ditembak TNI bukanlah bagian dari gerombolan OPM.
Baca juga: Tiga Warga Papua Tengah Tewas Ditembak, Ribka Haluk: Situasi Puncak Jaya Sudah Kondusif
Perwakilan Keluarga 3 korban, Leson Gire, menyebut ketiganya warga sipil yang merupakan Warga Negara Indonesia (WNI).
Bahkan ketiganya disebut pengurus kampung.
Pihak keluarga kecewa atas pernyataan TNI yang menuduh ketiga korban menjadi target lantaran bagian dari OPM.
"Saya tinggal di Kampung Karubate Distrik Muara. Kami minta terduga pelaku menjelaskan kejadian penembakan, namun mereka tidak sampaikan," kata Leson melalui cuplikan video yang diterima Tribun-Papua.com, Jumat (19/7/2024).
Leson Gire lalu menjelaskan kronologis kejadian berdasarkan kesaksian anggota keluarganya.
"Jadi malam itu Selasa (16/7/2024) pukul 20.00 WIT aparat turun di sini dan lakukan penyisiran. Kami warga tidak tahu mengenai DPO atau siapa itu."
"Dan malam itu telah terjadi penembakan di Kampung Pepera depan SD YPPG Mulia," kata Leson.
Menurutnya, aksi penembakan di Puncak Jaya harus dipertanggung jawabkan pelaku.
Sebab, hingga kini belum ada kejelasan soal alasan ketiganya ditembak.
"Kami minta pertanggungjawaban. Kami minta jawaban dari terduga pelaku, tapi apa yang kita minta mereka tidak kasih tau, padahal membunuh warga sipil," ujarnya.
Leson Gire mengatakan tiga orang tewas ditembak TNI adalah warga sipil.
"Saya cerita sedikit Dominus Enumbi itu tamat dari Universitas Umel Mandiri Jayapura pada tahun 2013, dia masyarakat sipil yang juga Ketua Bamuskam asal Kampung Karubate," ungkapnya.
"Kemudian Tonda Wanimbo itu warga sipil selaku Bendahara Kampung Temu asal Distrik Ilamburawi. Dia setiap hari ikut pencairan di Bank BPD tidak pernah ada tindakan penangkapan," lanjut Leson.
Sementara, korban bernama Pemerintah Murib adalah Kepala Kampung Dokome.

"Lebih parah lagi kepala kampung ini, kita semua dengar bahwa bapanya adalah pejuang Pepera," ujarnya.
Karena itu, pihak keluarga mendesak agar Kapendam XVII/Cenderawasih segera mengklarifiasi pernyataannya sebagaimana disiarkan sejumlah media.
Baca juga: TNI Sebut Tiga Orang Tewas di Puncak Jaya Bagian Gerombolan OPM, Letkol Candra: Penindakan Berlanjut
"Aksi itu spontan tidak direncanakan dan itu di luar dari nalar kami. Seandainya kami merencanakan kejahatan, pasti rumah-rumah semua habis kami bakar, namun kami tau diri," jelasnya.
Pemerintah daerah setempat berupaya mengumpulkan elemen masyarakat, keluarga korban, tokoh pemuda dan tokoh masyarakat.
Pemerintah melakukan langkah preventif guna mencari solusi terbaik.
Rapat pun digelar di kampung tempat korban disemayamkan.
Sejumlah tokoh hadir yakni Ketua Klasis GIDI Mulia Pdt Telius Wonda, tokoh masyarakat Otius Wonda, keluarga 3 korban Leson Gire, Ketua GAMKI Maikel Wonerengga, Kepala Distrik Muara Yoses Wonda, Kepala Distrik Mulia Tekiles Wonda serta masyarakat setempat.

Hasilnya, disepakati beberapa poin penting yaitu:
- Harus dilakukan klarifikasi bahwa tiga korban adalah masyarakat sipil, kepala kampung dan bamuskam dengan kronologi sesungguhnya.
- Keluarga menyepakati jalan damai dan tidak akan memperpanjang masalah dan aksi serta meminta keluarga nusantara untuk kembali beraktivitas seperti biasa
- Meminta Kodam XVII/Cenderawasih dan jajaran untuk meminta maaf dan memulihkan nama baik masyarakat Puncak Jaya dengan membentuk Tim pencari fakta untuk mencari kebenaran
- Aksi pembakaran kendaraan dan pelemparan diakui sebagai bagian dari adat dari bentuk ketidakpuasan keluarga korban
- Mengajak seluruh keluarga dan masyarakat nusantara untuk bersama-sama menjemput HUT RI Ke-79 bulan agustus nanti.
- Meminta ojek dan kios untuk mematuhi aturan jam operasional perdagangan dan batas wilayah antar jemput penumpang melebihi batas.
- Memahami tugas pokok TNI/Polri untuk tetap menjaga keamanan dan Kamtibmas dengan presisi dan tetap berkoordinasi asal jangan lagi terjadi korban di masyarakat.
Dalam pertemuan dilaksanakan konferensi pers resmi pukul 15.00 WIT.
Pertemuan berjalan lancar, dan setelahnya membubarkan diri. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.