ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

10 Tahun Tragedi AirAsia QZ8501

Refleksi Sepuluh Tahun Tragedi AirAsia QZ8501 di Selat Karimata, Luka Mendalam di Langit Nusantara

Pesawat yang membawa 162 penumpang dan awak rute Surabaya- Singapura hilang kontak setelah 50 menit lepas landas dari  Bandara Juanda Surabaya.

Editor: Lidya Salmah
istimewa
Bangkai pesawat AirAsia QZ8501. 

TRIBUN-PAPUA.COM- Tepat sepuluh tahun lalu, pada tanggal 28 Desember 2014, dunia penerbangan Indonesia dan dunia internasional dikejutkan oleh tragedi jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501.

Pesawat yang membawa 162 penumpang dan awak rute Surabaya- Singapura hilang kontak setelah 50 menit lepas landas dari  Bandara Juanda Surabaya, Minggu (28/12/2014).

Kemudian ditemukan jatuh di perairan Selat Karimata, dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, pada Minggu (11/1/2015).

Tragedi ini meninggalkan duka mendalam bagi keluarga korban, serta menjadi salah satu peristiwa penerbangan paling memilukan dalam sejarah Indonesia.

Proses pencarian dan evakuasi yang panjang dan sulit menjadi sorotan dunia, menyatukan berbagai pihak dalam upaya membantu para korban.

Penyebab Kecelakaan

Setelah melalui investigasi yang panjang dan menyeluruh, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyimpulkan bahwa penyebab utama kecelakaan adalah kerusakan pada sistem pengendali pesawat akibat icing (lapisan es) pada bagian-bagian tertentu.

Kondisi cuaca yang buruk saat itu dipercaya turut memperparah situasi.

Kronologi

Sebelumnya, kapten penerbangan yang saat itu bertindak sebagai pilot monitoring meminta izin ATC Makassar (Ujung Control) untuk menyimpang ke kiri 15 nautical miles dari jalur yang seharusnya, karena di depan ada awan comulonimbus (CB), awan tebal yang harus dihindari.

ATC Makassar memberi izin karena saat itu QZ8501 terbang di ketinggian jelajah 32.000 kaki.

Tak berapa lama, saat pesawat memasuki ruang udara yang dikontrol oleh ATC Jakarta (Jakarta Upper Control), pilot pun memberitahu bahwa rute mereka sedikit menyimpang untuk menghindari awan CB. 

ATC Jakarta mengidentifikasi QZ8501 di layar radar mereka dan meminta awak QZ8501 melapor jika sudah lewat dari cuaca buruk di depannya.

Tak berapa lama, pilot meminta izin kepada ATC Jakarta untuk menaikkan ketinggian jelajah pesawat dari 32.000 kaki ke 38.000 kaki.

ATC Jakarta meminta kru QZ8501 standby untuk diberi izin.

Halaman
12
Sumber: Tribun Papua
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved