Ramadan 2025
Merawat Kemabruran Puasa 2 : Dimulai Dengan Niat Yang Luhur
Jika diilustrasikan pada perbuatan suami isteri yang tidak melibatkan niat dan spiritualitas, melainkan hanya nafsu semata, maka sesungguhnya yang ber
Oleh: Menteri Agama Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Niat yang luhur untuk selalu menyadarkan diri merupakan salahsatu upaya untuk merawat kemabruran ibadah. Penciptaan kondisi batin yang diawali dengan niat dan tekad yang suci merupakan unsur yang amat penting di dalam merawat kemabruran ibadah.
Baca juga: Satgas Yonif 512/QY Jadi Guru Ngaji, Wujud Kedekatan Dengan Masyarakat Oksibil di Pegubin
Niat yang luhur bukan diucapkan, tetapi dihayati dan diresapi sedalam-dalamnya sehingga terasa bahwa sesungguhnya usaha dan pekerjaan yang kita lakukan kita berbagi (share) dengan Tuhan. Keunggulan yang kita miliki ialah kekuatan niat. Kita tidak boleh lupa bahwa diri kita sebagai manusia berduplikasi dengan unsur mineral (jasadiyyah), tumbuh-tumbuhan (nabatiyyah), dan hewan (hayawaniyyah).
Baca juga: Program Makan Bergizi Gratis di Papua Tengah dan Papua Pegunungan Dijalankan Masing-masing Sekolah
Kita berada setingkat di atas binatang karena unsur spiritual (ruhiyyah). Dengan mengingat itu semua maka segenap tantangan bisa diatasi. Kita sadar betul bahwa yang membedakan kita dengan binatang hanyalah unsur spiritualitas itu. Perbuatan yang kita lakukan tanpa melibatkan niat dan perencanaan yang matang maka sesungguhnya itu adalah perbuatan binatang (animal working). Jika perbuatan itu dilakukan melalui niat dan perencanaan yang matang maka itulah perbuatan manusia (human working).
Baca juga: DPRP Papua Tengah: Soal Pemekaran 2 Kabupaten di Mimika, Keputusan Ada di Masyarakat
Jika perbuatan yang dilakukan di samping dengan niat dan perencanaan matang, juga dilakukan dengan melibatkan unsur spirutualitas kita yang lebih dalam maka sesungguhnya perbuatan itu disebut perbiatan yang berkeilahian (Divine working). Divine working inilah yang akan menghadirkan berkah dalam kehidupan kita.
Baca juga: Pendidikan Gratis Layak Diterapkan di Provinsi Papua Tengah
Jika diilustrasikan pada perbuatan suami isteri yang tidak melibatkan niat dan spiritualitas, melainkan hanya nafsu semata, maka sesungguhnya yang berhubungan suami isteri itu adalah binatang (animal sexuality). Akibatnya pun bisa ditebak bahwa yang lahir dari perbuatan itu adalah “anak binatang”.
Baca juga: WALHI Papua: Pengakuan Hak Masyarakat Adat Penting untuk Kelestarian Hutan
Jangan melulu menyalahkan anaka-anak remaja sekarang diwarnai dengan tawuran dan pekelahian, karena mereka itu adalah produk animal working. Apapun pruduk animal working akan berpotensi merugikan orang lain, sungguhpun menguntungkan dirinya sendiri.
Baca juga: BTM Siap Rebut Kemenangan PSU Pilkada Papua, Berkas Wakil Gubernur Constant Karma Dinyatakan Lengkap
Penyingkiran dunia spiritual di dalam prilaku manusia bukan hanya merugikan diri sendiri tetapi juga akan merugikan orang lain, bahkan juga lebih para akan dialami alam raya. Despiritualisasi dan dehumanisasi setiap dunia usaha, sebagaimana yang menggejala di dalam masyarakat, sudah sangat memprihatinkan. Ada kecenderungan semua paradiga cenderung didominasi oleh unsur kebinatangan kita.
Baca juga: Kepala Sekolah dan Lembaga Masyarakat Adat di Mimika Ikuti Sosialiasi Terpadu Makan Bergizi Gratis
Pertimbangan nilai-nilai luhur kemnusiaan dan keagamaan sudah tergerus oleh nilai-nilai fragmatisme. Segalanya diukur berdasarkan untung-rugi, bukan lagi wajar atau tidak wajar, baik atau tidak baik, benar atau salah. Akal-budi atau akhlaqul karimah tidak lagi aktif di dalam masyarakat. Bahkan banyak orang yang tega berpesta dan membangunistana di atas puing-puing kehancuran saudaranya sendiri.
Baca juga: Megawati: Senior Golkar Constant Karma Dampingi Benhur Tomi Mano Maju PSU Pilkada Gubernur Papua
Jika pola kehidupan sudah seperti itu dan tidak ada usaha untuk mengatasinya, maka itu pertanda ‘lampu kuning’ bagi dunia kemanusiaan kita. Jika demikian adanya maka alam raya pun enggan menerima kehadiran kita sebagai khalifahnya.
Bahkan sebaliknya ia akan menunjukkan pembangkangannya dengan berbagai cara. Termasuk di antaranya dengan anomaly cuaca yang sulit diprediksi, bencana alam merajalela, gunung-gunung batuk berjamaah, dan virus asing bermunculan di mana-mana.
Baca juga: Pengusaha Ayam Petelur Lokal Minta Pemkab Hentikan Distribusi Teluar Dari Luar Biak
Jika hal-hal seperti ini muncul maka mungkin inilah yang disebut Nabi sebagai tanda-tanda kecil (‘alama al-shugra) hari kiyamat akan tiba.
Dengan demikian niat luhur untuk senantiasa merawat kelestarian kemabruran ubudiyah selama sebulan Ramadhan diharapkan bisa terpelihara kesuciannya dengan niat yang luhur dan keinginan yang kuat untuk selalu dekat dengan Allah SWT.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.