ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Potret Papua

Buku 'Potret Anak Jalanan' Diharapkan Jadi Rujukan Kebijakan Sosial Pemerintah di Papua 

Edward menilai, potret keberhasilan mahasiswa saat ini yakni menciptakan lapangan pekerjaan, bukan hanya mencari pekerjaan.

Tribun-Papua.com/Putri Nurjannah Kurita
Peluncuran buku 'Potret Anak Jalanan, Antara Kenyataan dan Harapan' di aula Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Perumnas III, Waena, Kota Jayapura, Kamis. 

Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Putri Nurjannah Kurita

TRIBUB-PAPUA.COM, SENTANI - Alumni Sosiologi Universitas Cendrawasih (Uncen) Riko Pekei meluncurkan buku berjudul 'Potret Anak Jalanan, Antara Kenyataan dan Harapan' di aula Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Perumnas III, Waena, Kota Jayapura, Kamis (30/10/2025).

Peluncuran buku itu dihadiri oleh Profesor Avelinus Lefaan, Wakil Dekan I FISIP Edward Kocu, Editor Buku Robert Yewen, dan puluhan mahasiswa.

Profesor Avelinus Lefaan mengatakan, buku ini merupakan tulisan yang berasal dari anak Papua dari jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, buku ini penting karena penulis menulis apa yang dilihat secara langsung.

Lefaan mengatakan, buku ini juga bisa menjadi rekomendasi dalam kebijakan-kebijakan pemerintah sekaligus menjadi kontrol sosial bahwa ternyata masalah anak jalanan di Papua sudah mulai ada.

"Ini artinya masalah anak jalanan kalau sampai tidak diatasi dengan baik maka menjadi beban negara oleh sebab itu masalah anak jalanan harus diselesaikan secara baik, terutama dalam administrasi kesejahteraan sosial," ujarnya.

Anak jalanan itu menjadi suatu masalah karena salah satunya disebabkan oleh latarbelakang orangtua yang tidak mampu atau perceraian (broken home).

Oleh sebab itu, kata Lefaan, sasaran pendidikan sekolah harus lebih maksimal kepada calon orang tua.

Baca juga: Pertamina dan Cerita Anak Jalanan Papua yang Dimuliakan di Bulan Suci Ramadhan

Orangtua harus mempersiapkan diri sebelum menikah, memperhatikan hal-hal ekonomis yang mendatangkan biaya untuk membiayai anak-anak itu baik dari sisi kesehatan, ekonomi, dan kegiatan sosial lainnya.

"Kita di Papua sudah mulai banyak orangtua yang meninggalkan anaknya. Kita tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah tetapi partisipasi masyarakat harus memperhatikan hal ini," ujarnya.

Guru Besar FISIP itu menyebut, di Papua secara data belum muncul, tetapi masalah anak jalanan seperti teori gunung es, sehingga yang kita lihat sedikit tetapi ternyata yang ditangani oleh keluarga masing-masing belum berjalan dengan baik.

Hal itu juga mempengaruhi tingkat kemiskinan di Papua.

"Ini menjadi tantangan bagi pemerintah dan masyarakt. Administrasi kesejahteraan sosial itu harus dicatat secara baik, berapa jumlah penduduk, tingkat ekonomi, masalah dasar kehidupan masyarakat. Konsekuesi seperti itu harus dijalankan secara baik. APBD juga menanggung anak jalananan," ujarnya.

Lefaan menekankan bahwa setiap keluarga harus mendapat pekerjaan yang baik, mesti dilihat bahwa tanggung jawab keluarga terhadap anak yakni jangan sampai terlantar, itu menjadi tantangan. Pemerintah perlu membuka lapangan pekerjaan secara profesional di seluruh sektor. 

"Pertanian [misalnya], itu hanya subsisten atau makan habis tetapi bagaimana pertanian kelas besar, sehingga mengakomodir masyarakat bekerja di lahan pertanian, sehingga bisa mendapat upah yang lebih besar supaya menjamin kehidupan masyarakat secara berkelanjutan," ujarnya.

Sumber: Tribun Papua
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved