Sosok
Boaz Solossa dan Sumpah Pemuda di Lapangan Hijau
Boci percaya sepak bola bukan hanya tentang menang atau kalah, melainkan tentang kebersamaan, persaudaraan, dan rasa memiliki terhadap tanah air.
Penulis: Yulianus Magai | Editor: Paul Manahara Tambunan
Sebagai manusia, Boaz tahu, waktu akan terus berjalan. Mungkin suatu hari nanti, ia tak lagi mengenakan ban kapten di lengan.
Tetapi yang pasti semangat itu tak akan hilang. Ia akan tetap hidup dalam diri mereka yang pernah bermain, berlatih, dan belajar di bawah bimbingannya.
Persipura adalah rumah besar yang telah melahirkan banyak bintang, dan Boaz adalah salah satu pilar utamanya.
Seperti para pemuda 1928 yang pernah bersumpah menyatukan bangsa, Boaz menyalakan api itu dari timur, dengan caranya sendiri: lewat sepak bola, lewat keteladanan, lewat cinta pada tanah Papua.
Kini, ketika bangsa memperingati Hari Sumpah Pemuda, nama Boaz Salossa menjadi pengingat bahwa perjuangan tidak harus selalu dilakukan dengan senjata atau pidato.
Di lapangan hijau, di bawah terik matahari, di antara sorak penonton, ia menunjukkan makna sejati. (*)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.