Virus Corona di Papua
Virus Corona di Papua: Potensi Adanya Gelombang Kedua di Tengah Stigma 'Penyakit Kutukan Tuhan'
Papua mewaspadai gelombang kedua kasus Covid-19 seiring dengan peningkatan kasus di lima kabupaten di wilayah pegunungan dan pelonggaran penerbangan
TRIBUNPAPUA.COM - Papua mewaspadai gelombang kedua kasus Covid-19 seiring dengan peningkatan kasus di lima kabupaten di wilayah pegunungan dan pelonggaran penerbangan di sejumlah daerah.
Kondisi geografis dan minimnya fasilitas kesehatan di wilayah pegunungan, serta persepsi penduduk yang menganggap Covid-19 sebagai 'kutukan Tuhan' disebut mempersulit penanganan kasus di wilayah itu.
Ahli epidemiologi dari Universitas Cendrawasih, Hasmi, mengungkapkan meski fasilitas tes Covid-19 sudah cukup memadai, namun kurangnya tenaga medis masih menjadi kendala di Papua dan Papua Barat.
"Cuma kita harus hati-hati jangan sampai ada secondwave, artinya gelombang kedua menerpa kita dan sumbangannya terutama dari daerah-daerah gunung tadi," ujar Hasmi kepada BBC News Indonesia, Senin (29/6/2020).
Dia menegaskan pentingnya pelacakan masif untuk mencegah virus semakin menyebar di wilayah itu.
Sementara, Presiden Joko Widodo menegaskan perlunya 'terobosan' dalam penanganan Covid-19 di 'daerah yang menunjukkan tren penyebaran yang masih tinggi'.
• Gara-gara 1 Pasien Positif Covid-19 Lolos Terbang ke Sorong, 90 Penumpang Pesawat Harus Karantina
'Krisis belum berakhir'
Lima kabupaten di kawasan pegunungan Papua, yakni Jayawijaya, Puncak Jaya, Lanny Jaya, Memberano Tengah dan Yalimo, melaporkan adanya kasus Covid-19 terkonfirmasi di wilayah itu.
Juru bicara Satgas Pengendalian, Pencegahan dan Penanganan Covid-19 Papua, Silwanus Sumule, mengonfirmasi kasus terbanyak terjadi di Jayawijaya dengan jumlah 22 kasus per Minggu (28/6/2020).
Padahal, Jayawijaya merupakan pusat pelayanan kesehatan bagi kabupaten lain di kawasan Pegunungan Tengah Papua, seperti Lanny Jaya, Tolikara, Memberano Tengah dan Yalimo.
Adapun Memberano Tengah dan Yalimo telah melaporkan adanya dua kasus positif Covid-19, sedangkan Lanny Jaya dan Puncak Jaya, masing-masing melaporkan satu kasus.
Maria Louisa Rumeteray, salah satu dokter yang bertugas di RSUD Wamena, ibu kota Jayawijaya, mengatakan penambahan kasus di Jayawijaya bermakna pandemi Covid-19 belum berakhir dan belum bisa dipastikan kapan ini akan berakhir.
"Apalagi dengan pembukaan penerbangan penumpang pada 26 Juni 2020, tentu kami akan mengalami perubahan-perubahan ke depan. Ke depannya kami belum bisa prediksi," ujar Maria..
Padahal, selain menghadapi Covid-19 warga Jayawijaya masih berjibaku dengan penyakit berbahaya lain, seperti tuberculosis, malaria, dan HIV/AIDS.
Merujuk data Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tercatat hanya ada 122 dokter di Jayawijaya.
• 4 Karyawan di Freeport Dinyatakan Positif Corona, Terungkap saat Akan Kembali ke Tempat Kerja