Virus Corona di Papua
Virus Corona di Papua: Potensi Adanya Gelombang Kedua di Tengah Stigma 'Penyakit Kutukan Tuhan'
Papua mewaspadai gelombang kedua kasus Covid-19 seiring dengan peningkatan kasus di lima kabupaten di wilayah pegunungan dan pelonggaran penerbangan
Ahli epidemiologi dari Universitas Cendrawasih, Hasmi, menyebut penyebaran Covid-19 di Pegunungan Tengah 'menjadi indikasi yang tidak baik'.
Sebab, selain fasilitas yang tidak memadai, dan kondisi geografis yang sulit, masih ada resistensi dari masyarakat terkait Covid-19. Seperti yang terjadi di Jayawijaya.
"Petugas [medis] kesulitan karena ketika penduduk akan dikarantina atau dinyatakan sebagai penderita Covid-19 mereka keberatan, dan jika mereka dikarantina akan meminta denda," jelas Hasmi.

'Penyakit kutukan Tuhan'
Hasmi menjelaskan, banyak warga Papua yang belum teredukasi dengan baik terkait Covid-19. Justru, stigma yang ditimbulkan penyakit ini membuat warga ketakutan.
"Karena ini penyakit baru, takutnya ada stigma dari masyarakat dan mereka dijauhi kemudian dikatakan jadi pembawa penyakit sehingga ketakutannya luar biasa," ungkap Hasmi.
Senada, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nduga, Innah Gwijangge menyebut masih banyak penduduk di Nduga yang memiliki stigma bahwa Covid-19 adalah kutukan Tuhan.
Sebagian masyarakat, kata Innah, juga merasa tidak akan kena Covid-19 karena menganggap diri mereka orang Papua yang identik dengan fisik yang kuat.
Stigma-stigma ini, akunya, menyulitkan dalam penanganan Covid-19 di Nduga.
"Stigma masyarakat tentang Covid-19 adalah hukuman Tuhan, kami sampaikan bahwa terjadi pandemi di seluruh dunia, ini bukan sebagai penyakit kutukan Tuhan tapi virus yang mudah sekali menyebar sehingga kami harus selalu waspada," kata dia.
Innah menjelaskan, perubahan perilaku masyarakat di masa pandemi menjadi tantangan tersendiri.
• Virus Corona di Freeport Papua, Kasus Positif Meningkat hingga Usulan untuk Penutupan Sementara
"Berkaitan dengan kultur dan budaya masyarakat Nduga, kalau tidak memberikan salam, itu dianggap kita marah sehingga kita berikan edukasi kalau beri salam kepada keluarga yang bertemu wajib cuci tangan gunakan sabun atau alat pembersih tangan," kata dia.
Kendala lain, kata dia, dengan kondisi geografis berupa pegunungan, transportasi menjadi kendala tersendiri yang dialami pemerintah kabupaten Nduga.
Dia menjelaskan, hanya dua distrik di Nduga yang bisa dijangkau via darat. Sementara 11 distrik lain hanya bisa dijangkau via transportasi udara.
"Itu yang membuat kami terkendala lakukan penanganan," kata dia.