Mencari Pengganti Klemen Tinal
Pandangan Cawagub Komjen Paulus Waterpauw soal Papua: Generasi Muda Tak Mau Dengar Kalangan Tua
dengan turun ke jalan, Waterpauw mampu menciptakan keamanan Papua saat kerusuhan 2019. Seluruh tokoh masyarakat dan agama dirangkul.
TRIBUN-PAPUA.COM - Kabaintelkam Polri Komisaris Jenderal Paulus Waterpauw masuk dalam bursa pencalonan Wakil Gubernur Papua, sepeninggalan almarhum Klemen Tinal pada 21 Mei 2021.
Dia satu-satunya bakal calon Wagub Papua non partisan.
Dia juga adalah putra asli Papua pertama yang bisa mencapai pangkat bintang tiga di Mabes Polri.
Hanya, DPD Partai Golongan Karya (Golkar) Papua mengusung nama putera ternbaik Papua ini dalam urutan nomor empat kepada Koalisi papua Bangkit.
Berbagai prestasi ditorehkan pria kelahrian Fakfak, Papua Barat, 25 Oktober 1963.
Baca juga: Masuk dari Non Partai, Paulus Waterpauw Jadi Kuda Hitam Pemilihan Wagub Papua
Baca juga: Kursi Panas Wagub Papua: Komjen Pol Paulus Waterpauw Tinggal Selangkah Lagi
Waterpauw dua kali menjabat Kapolda Papua, Sebelumnya, ia juga menjabat Kapolda Sumatera Utara, dan jauh sebelumnya Kapolda Papua Barat.
Pascakerusuhan Jayapura dan Wamena pada Agustus 2019, Kapolri Jenderal Tito Karnavian menunjuk Paulus Waterpauw kembali menjadi Kapolda Papua.
Tujuan utama, untuk meredam situasi politik Bumi Cenderawasih, yang ditengarai kasus rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya.
Situasi sangat mencekam saat itu. Dengan humanis, Waterpauw turun ke jalan dan bertemu langsung setiap para tokoh masyarakat untuk memulihkan keamanan di Papua.
Ia mengungkap sejumlah aktor di balik kekacauan itu. KNPB dan OPM diduga sebagai aktor yang memboncengi isu tersebut.
Lalu, sejumlah aktivis mahasiswa ditangkap hingga dijebloskan hingga ke pengadilan, walau divonis bebas bersyarat.
Terakhir, Juru Bicara Internasional Komite Nasional Pembebasan Papua Barat (KNPB) Victor Yeimo ditangkap pada 9 Mei 2021. Kini proses hukum masih berjalan, dan Yeimo ditahan di Mako Brimob Polda Papua.
Menurut Komjen Waterpauw, isu Papua Merdeka semakin gencar karena kalangan muda Papua tak lagi mau mendengar ucapan yang disampaikan oleh kelompok tua, sejak reformasi.
Menurutnya, transformasi kalangan muda ini yang membuat dukungan separatisme di Papua semakin meluas.
"Saya mau singgung gerakan transformasi kaum muda ya. Mungkin ini saya ikuti terus dari LIPI, dimana disebutkan pasca reformasi itu kaum muda sudah tidak lagi manut atau dengar kelompok tua," kata Paulus dalam sebuah diskusi daring, pada 28 Mei 2021.
