Histori
1 Desember 1956, Mohammad Hatta Mundur sebagai Wakil Presiden
Hari ini 65 tahun yang lalu, atau tepatnya pada 1 Desember 1956, Mohammad Hatta mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden ke-1 RI.
Mereka bukan hanya sahabat seperjuangan, melainkan juga dekat dalam hati.
Bahkan, kata Meutia, sejak lahir anak-anak Bung Hatta sudah dekat dan selalu bersama-sama dengan keluarga Bung Karno.
Meutia menceritakan, saat dia lahir, Bung Karno-lah yang menanam ari-ari di belakang rumahnya di Yogyakarta.
Kakek-nenek Meutia adalah orang Jawa yang masih memercayai bahwa ari-ari harus ditanam oleh bapaknya.
Namun, saat itu Bung Hatta harus pergi mengikuti sidang kabinet. Sekeluarga sempat panik, kemudian, Bung Karno mengusulkan dia yang akan menanam ari-ari tersebut.
"Bung Karno adalah pakdhe saya, karena beliau yang menanam ari-ari saya di belakang rumah sesuai tradisi Jawa yang dipercayai kakek dan nenek saya. Ini adalah bentuk-bentuk kedekatan hati yang tidak akan pernah terlupakan,” kata Meutia.
Bung Karno yang Memilihkan Jodoh Bung Hatta
Bung Karno juga yang memilihkan jodoh buat Bung Hatta karena Bung Hatta pernah berjanji di Rotterdam, Belanda, tak mau menikah jika Indonesia belum merdeka.
Dialah Rachmi Rahim yang biasa dipanggil Yuke, anak pasangan Rachim dan Anni Nurdin.
Baca juga: Patung Bung Karno di PLBN Skouw, Deputi II BNNP: Jangan Lupakan Founding Fathers
Selain itu, Bung Hatta juga pernah menjadi wali nikah Guntur Soekarno saat menikah di Bandung, Jawa Barat.
Saat itu, Bung Karno tidak bisa hadir karena menjadi tahanan rumah pemerintah Orde Baru di Wisma Yaso.
Bung Hatta kemudian berangkat ke Bandung dan menjadi wali nikah Guntur, menggantikan Bung Karno.
”Ini adalah bentuk timbal balik yang sangat manusiawi dan persahabatan sejati dari keduanya,” tutur Meutia.
Sejarawan Asvi Warman Adam mengatakan, ada dua aspek yang mempertalikan Soekarno dan Hatta.
Baca juga: 20 Kutipan Quotes Terkenal dari Bung Karno, Cocok Dibagikan saat HUT Kemerdekaan RI pada 17 Agustus
Pertalian itu adalah Proklamasi dan Pancasila. Jasa besar keduanya adalah sama-sama mencetuskan dan menandatangani Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. Tidak ada proklamasi kemerdekaan Indonesia, tanpa keduanya.