Kisah Guru di Pedalaman Papua
Narmiati, Guru Kontrak yang Mengabdi di Pesisir Sebyar Teluk Bintuni (1)
Tidak pernah terpikirkan mengabdi ke daerah yang susah dijangkau, karena dari kota menuju ke Pesisir Sebyar itu harus gunakan Longboat
Penulis: Aldi Bimantara | Editor: M Choiruman
Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Aldi Bimantara
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Saat lulus dari Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Papua (Unipa) Maret 2021 lalu, dalam benak Narmiati, perempuan asal Sulawesi Selatan ini tak pernah menyangka jika bisa mengabdi menjadi seorang guru di pelosok Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat.
Beberapa bulan setelah lulus, Narmiati dihubungi sebuah yayasan dari perpanjangan program perusahaan asal Inggris, yakni British Petroleum (BP) untuk dapat mengabdi menjadi guru di Teluk Bintuni.
Baca juga: Komjen Pol Drs Paulus Waterpauw Gelar Ibadah Natal bersama Ikal Jatim Papua di Tapal Batas RI-PNG
Kepada Tribun-Papua.com Senin (13/12/2021), perempuan yang akrab disapa Narmi ini bercerita soal suka dukanya menjadi guru di Distrik Tomu Kabupaten Teluk Bintuni.
Karena, profesinya sebagai guru, Narmi paham betul soal kondisi pendidikan di Tanah Papua, yang selama ini masih sering dikatakan "terbelakang" dan "tertinggal".
Berangkat dari pemikiran tersebut, menjadi motivasi tersendiri bagi Narmi untuk mewujudkan tekadnya mengabdi di daerah pelosok Papua Barat, tepatnya di daerah Teluk Bintuni.
"Ingin memberikan ilmu, apa yang didapat dari bangku sarjana untuk pendidikan di Tanah Papua," katanya.
Baca juga: PON XX Papua Dinilai Tinggalkan Masalah, Jack Judson: Pemerintah Harus Lunasi Hak Ulayat
Ditanya soal mengapa pilihan daerah pengabdiannya jatuh pada Kabupaten Teluk Bintuni, ia beralasan sederhana. Karena selama mengenyam pendidikan dirinya memiliki KTP Teluk Bintuni.
Dijelaskan Narmi, awal perekrutan untuk menjadi seorang guru di Pesisir Sebyar berawal dari saat berkuliah sudah bekerja sebagai pengajar di salah satu asrama di Manokwari.
"Namun kemudian, ada lowongan yang disebar di grup alumni gitu, di mana membutuhkan seorang guru kontrak, dari yayasan milik BP," sambungnya.
Perempuan kelahiran 20 Oktober 1997 itu, menjelaskan BP sebagai perusahaan minyak dan gas terbesar yang ada di Papua Barat, memang memiliki program untuk mengontrak para guru, dan ditempatkan di berbagai daerah di Provinsi Papua Barat itu.
• Kisah Dokter Cantik Mengabdi di Pedalaman Papua, Susur Pantai 12 jam Layani Warga
"Kalau sudah menjalani profesi sebagai guru kontrak di Pesisir Sebyar ini baru saja, tepatnya 1 Agustus 2021 ini, jadi baru jalan 5 bulan lah," papar Narmi.
Wanita yang semasa kecil bercita-cita menjadi dokter tersebut, juga menyebutkan kondisi lokasi pengabdiannya jauh dari perkotaan, dengan akses transportasi yang masih minim.
"Oh yah ini yang menarik, bagi saya tidak pernah terpikirkan mengabdi ke daerah yang susah dijangkau, karena dari kota menuju ke Pesisir Sebyar itu harus gunakan Longboat, dan dapat ditempuh 3 jam," jelasnya panjang.
Dikatakan Narmi, apabila tidak adanya ombak maka bisa sampai 3 jam, namun apabila keadaan berombak, maka waktu tempuh bisa lebih lama.
• Ondoafi Hedam Dasim Kleuben Tagih Janji Pembayaran Tanah Venue Aquatik PON