Pendidikan
Stunting dan Anemia Dapat Turunkan Prestasi Belajar Anak di Sekolah
Masalah gizi berupa stunting (kurang gizi kronis) dan anemia dapat mempengaruhi capaian pembelajaran anak di sekolah
TRIBUN-PAPUA.COM,JAYAPURA- Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Kemendikbud Ristek, Jumeri mengatakan masalah gizi berupa stunting (kurang gizi kronis) dan anemia dapat mempengaruhi capaian pembelajaran anak di sekolah.
Menurut dia, Indonesia merupakan salah satu negara dengan tiga masalah gizi di semua kelompok umur, termasuk anak usia sekolah dasar.
Baca juga: Edy Mulyadi Ngaku Wartawan dan Minta Kasusnya Pakai UU Pers, Dewan Pers: Silakan, Nanti Diperiksa
Data riset kesehatan dasar tahun 2018 menunjukkan 1 di antara 4 anak mengalami stunting, 1 dari 10 anak memiliki badan yang kurus, 1 dari 5 anak tergolong gemuk atau obesitas, dan 1 dari 4 anak usia sekolah dasar di Indonesia juga menderita anemia.
"Stunting dan anemia pada anak dapat menurunkan prestasi belajar anak di sekolah dan menurunkan produktivitasnya kelak ketika sudah dewasa. Sementara itu anak-anak yang obesitas lebih berisiko mengalami penyakit tidak menular saat dewasa,” kata Jumeri seperti dilansir dari laman Direktorat SD Kemendikbud Ristek.
Lanjut dia, pandemi Covid-19 kemungkinan besar telah memperburuk situasi, menempatkan anak-anak usia sekolah pada risiko yang lebih besar untuk implikasi kesehatan dan gizi jangka panjang.
Baca juga: Rampungkan Kunker di Mimika, Jenderal Andika Perkasa Kembali ke Jakarta
“Rendahnya pengetahuan mengenai gizi baik pada anak, orang tua maupun guru turut berkontribusi terhadap perilaku makan dan aktivitas fisik yang kurang sehat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendidikan gizi di sekolah yang disertai dengan intervensi komunikasi untuk perubahan perilaku, terbukti efektif mendukung perubahan perilaku siswa,”ujar Jumeri.
Angka partisipasi sekolah yang cukup tinggi di Indonesia dapat menjadikan sekolah sebagai platform utama program gizi, termasuk pendidikan gizi dan mempengaruhi status gizi anak-anak dan remaja.
Selain itu, kata dia, pemanfaatan sumber daya pangan lokal dan olah pangan yang menarik juga dapat menunjang pemenuhan gizi yang seimbang dan perilaku makan yang baik.
Baca juga: Kronologi Petani di OKU Selatan Tewas Kena Setrum Jebakan Babi, 3 Orang Diamankan
Di mana semua itu dapat terbentuk melalui pendidikan di dalam rumah tangga atau keluarga di lingkungan sekolah.
Guru dan orangtua punya peran penting dalam tercukupinya gizi anak
Dalam kesempatan tersebut, Direktur Sekolah Dasar, Sri Wahyuningsih menyebut orangtua dan guru di sekolah memiliki peran besar untuk mengawasi jenis-jenis makanan bagi anak-anak, baik makanan yang tersaji di rumah maupun di kantin sekolah.
“Di sekolah maupun di rumah orangtua dan guru memiliki peran penting dalam mengedukasi terhadap asupan makanan yang mengandung gizi bagi anak-anak. Mari kita kawal bersama-sama bapak dan ibu guru, para bunda di mana pun berada, perlu juga dukungan dari sahabat-sahabat media agar anak-anak kita betul-betul terliterasi terhadap asupan makanan yang bergizi,”katanya.
Baca juga: Polisi Sebut Pelaku Begal Payudara di Kabupaten Jayapura Sudah 8 Kali Beraksi
Tak hanya masalah stunting, berdasarkan riset kesehatan dasar dari tahun 2017 hingga 2018 trend obesitas selalu meningkat.
Bahkan, di tahun 2018 didapatkan 1 di antara 3 orang dewasa Indonesia mengalami obesitas sentra. Setidaknya 1 di antara orang dewasa kemungkinan mengalami obesitas dan itu tidak hanya terjadi pada orang dewasa namun juga pada anak-anak.
Tri Muhartini, Peneliti Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FKKMK UGM menyampaikan ada beberapa opsi untuk menjadi pertimbangan dalam mengelola asupan makanan dan minuman pada anak-anak. Yang pertama bisa dilakukan oleh pengambil keputusan adalah dengan mengatasi permasalahan dari ketersediaan akses fasilitas dan pemasarannya.
Baca juga: Memotivasi Suku Wambon di Merauke, Fauzun Nihayah: Rapatkan Barisan, Ambil Peluang 2024