Sosok
Cerita Martinus Mandosir, 32 Tahun Mengajar Anak-anak di Pelosok Papua
Pria kelahiran 24 Oktober 1949 itu memiliki perjalanan panjang dalam mencerdaskan anak bangsa di Papua
Penulis: Calvin Louis Erari | Editor: Gratianus Silas Anderson Abaa
Martinus lanjutkan sekolahnya di Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama PGSLP pada 1973 di Jayapura hingga dinyatakan lulus.
Martinus kemudian ditempatkan untuk mengajar di Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Gereja-gereja Injili (YPPGI) Tanah Papua, di Kampung Harapan, Sentani, Kabupaten Jayapura.
Baca juga: Ini Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Daring Bagi Siswa
Tak berselang lama, muncul keberanian untuk menantang dirinya sendiri.
Hal ini dilakukan dengan memberanikan diri mendaftar di Kantor Wilayah Kementerian Pendidikan, agar diangkat menjadi guru SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) atau sekarang lebih dikenal dengan SMP (Sekolah Menengah Pertama).
Usai diangkat menjadi guru SMP, pada 1975, Martinus dibawa pesawat Cessna menuju Tiom, Lanny Jaya untuk mengajar.
Tepatnya di SMP YPPGI Tiom menjadi rumah barunya.
"Waktu itu ada 3 kelas, berisikan 70 siswa di masing-masing kelas. Tempat duduk terbuat dari kayu buah nibun pohon, dan sebuah papan tulis,” katanya.
Dengan segala keterbatasan tak mematahkan semangatnya untuk tetap mengajar.
Martinus mengaku menjalani hidup sederhana selama di Tiom.
Bahkan, Ia sulit secara konsumsi.
Pasalnya, beras baru dapat Ia terima setiap 3 bulan. Oleh karenanya, dirinya mesti ekstra irit dalam mengonsumsi bahan pangan nasional tersebut.
Ketika tak ada sebutir beras pun yang tersisa, Martinus tetap bertahan hidup dengan ubi-ubian dari warga setempat.
"Jadi kalau tidak ada beras, saya hanya bertahan dengan ubi. Kalau mau makan nasi, saya ditemani anak-anak murid dan berjalan selama 2 hari naik-turun gunung ke Wamena untuk mengambil beras," jelasnya.
Selama 7 tahun Martinus mengajar di Tiom. Dari total 3 guru, termasuk dirinya, yang mengajar di Tiom, pada akhirnya tinggal dirinya sendiri yang bertahan di sana.
“Pada 1981 itu saya dipindahkan dari Tiom ke Bokondini, Tolikara. Tepatnya saya mengajar di SMP YPPGI Bokondini,” terangnya.