ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Sosok

Cerita Martinus Mandosir, 32 Tahun Mengajar Anak-anak di Pelosok Papua

Pria kelahiran 24 Oktober 1949 itu memiliki perjalanan panjang dalam mencerdaskan anak bangsa di Papua

Penulis: Calvin Louis Erari | Editor: Gratianus Silas Anderson Abaa
Tribun-Papua.com/ Calvin
Pak Guru Martinus Mandosir saat diwawancarai Tribun-Papua.com, di Jayapura 

Mendapat kabar pemindahannya tersebut, Martinus bermodalkan kakinya menuju Bokondini.

Perjalannya membutuhkan waktu 2 hari.

Berbeda seperti di Merauke, di mana Martinus berjalan menyusuri bibir pantai.

Kali ini, dirinya diperhadapkan dengan gelapnya hutan, lereng, perbukitan, lembah, jurang, hingga mendaki- menuruni gunung.

“Kalau sudah malam, saya tidur di bawah akar pohon yang besar sampai pagi, sebelum melanjutkan perjalanan lagi hingga di Bokindini," jelasnya.

Setelah tiba di Bokindini, kata Martinus, dirinya tidak menunggu lama dan langsung jalan ke setiap honai, rumah adat masyarakat, untuk memanggil semua murid kembali bersekolah.

"Siapapun yang mau datang untuk belajar, silahkan. Dan saya mengajar di sana selama 6 tahun. Saat itu saya aktifkan 3 kelas, dan saya sendiri yang mengajar," ungkapnya.

Dalam 6 tahun itu, kesulitan yang dihadapi masihlah sama, yakni beras untuk konsumsi.

"Jadi kalau mau makan nasi, terpaksa saya bersama anak-anak murid jalan kaki ke Wamena selama 2 hari 2 malam lagi untuk ambil beras," tambahnya.

Setelah 7 tahun di Tiom dan 6 tahun di Bokondini, pada 1986 Martinus turun gunung.

Ia mendapat surat mutasi untuk melanjutkan profesi mengajarnya di SMP YPPGI Sentani, Kabupaten Jayapura, selama beberapa tahun.

“Dari situ, saya dipindahkan lagi ke SMP Negeri Koya Kota Jayapura. Saya mengajar cukup lama di sana, sekiranya 7 tahun sebelum akhirnya pindah lagi dan sekaligus menutup perjalanan karier saya sebagai pendidik di SMP Negeri 2 Jayapura pada 2009,” pungkasnya.

Sejak tahun 1970 hingga pensiun pada 2009, dari Merauke, Tiom Lanny Jaya, Bokondini Tolikara, hingga Kota Jayapura, menjadi perjalanan panjang Martinus.

Dalam perjalanannya itu Martinus telah mengajar di 1 SD dan 5 SMP, serta pula mengajar di yayasan.

Itu tak lain merupakan panggilannya dalam mencerdaskan anak-anak di Papua. (*)

Sumber: Tribun Papua
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved