Info Wamena
CV Gunung Horeb Mandiri Jadi Percontohan bagi Pengusaha OAP di Jayawijaya
Hifan Kossay menyebutkan, usaha tersebut di kembangkan sejak 2018 silam hingga sekarang dengan nama usahanya CV Gunung Horeb mandiri.
Penulis: Arni Hisage | Editor: Paul Manahara Tambunan
Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Arny Hisage
TRIBUN-PAPUA.COM, WAMENA – CV Gunung Horeb Mandiri milik pengusaha muda Orang Asli Papua (OAP) yang berhasil dalam usaha mencetak batu bata merah dan batu telah serta beberapa jenis usaha lainnya jadi percontohan untuk pengusaha mudah lainnya di Wamena Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua Pegunungan
Hal itu dijelaskan oleh Hifan Kossay selaku Pimpinan CV. Gunung Horeb Mandiri kepada wartawan di lokasi usahanya Distrik Pisugi, Senin (18/09/2023)
Hifan Kossay menyebutkan, usaha tersebut di kembangkan sejak 2018 silam hingga sekarang dengan nama usahanya CV gunung horeb mandiri yang artinya gunung Tuhan.
Baca juga: Polisi Razia Tempat Pembuatan Miras di Wamena, Barbut dari Tiga Lokasi Berbeda Disita
Tujuan utamanya adalah ingin mendidik anak-anak asli putra daerah dan pemuda setempat dalam berkarier di bidang usaha dan untuk kembangkan bakat namun mereka tidak terlalu fokus kerjanya.
"Maka saat ini saya merekrut adik -adik saya dari anggruk Kabupaten Yahukimo sebanyak 8 orang untuk kerja disini," ungkapnya.
Ia menjelaskan untuk produksi bata merah sendiri jika kariawannya bisa semangat dan kerja kompak maka dalam sehari bisa produksi lima ribu bata merah dan paling sedikit dua ribu lima ratus sedangkan untuk batu tela sehari bisa produksi 150 cetakan gunakan 5 sak semen, dengan jam kerja mulai jam 8 -17 sore.
"Saya sangat berharap sekali kepada adik -adik saya dari Distrik atau Kampung Pisugi ini, agar mereka juga bisa mengembangkan potensi dan bakat yang mereka miliki saat ini, karena kami buka lapangan pekerjaan ini untuk mereka belajar dan tekuni agar mereka juga bisa seperti kami," jelasnya.
Lanjut kata Kossay untuk pemesan atau konsumen bata merah dan batu telah sendiri selama ini "kita distribusi di sekitar kota Wamena dan beberapa Kabupaten Pemekeran lainya seperti Kabupaten Mambramo tengah dan Yalimo dalam sekali suplay keluar daerah bisa seribu - lima ribu bata merah maupun batu tela," ujarnya.
Baca juga: Akses Terputus, Longsor di Jalan Trans Wamena – Yalimo: Pemerintah Segera Turun Tangan!
Perlu diketahui bersama bahwa untuk harga sendiri sebagi promosi awal 2018 di jual dengan harga Rp 3000 ribu rupiah perbata merah dan di 2023 ini mengalami kenaikan yakni ada di harga Rp 4000 ribu rupiah perbata merah sedangkan untuk batu telah Rp 7000 ribu rupiah.
Pembuatan batu bata merah yang tergolong memakan waktu yang cukup lama tapi tetap geluti usaha ini sebagi pemuda penduduk kampung dihitung rata-rata dalam sekali produksi pembuatan batu bata bisa membutuhkan waktu minimal 2 bulan baru siap bakar dan siap pasarkan.
"Proses pembakarannya sendiri kurang lebih memakan waktu 2 hari 2 malam tergantung jenis tanah yang digunakan dan tergantung cuaca saat pembakaran dimulai itu baru kami boleh cetak," pungkasnya. (*)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.