Pemilu 2024
Gibran Rakabuming, Kaesang dan Slogan PSI: 'Jokowi Is Me' Langkah Pembusukan Politik
Di negara demokrasi, personalisme ada salah satu tanda utama pembusukan politik. Gibran Rakabuming masuk dalam gelanggang kontestasi pilpres 2024.
Menganggap Kaesang sebagai representasi Jokowi adalah cara berpikir tidak rasional. Itu cocok dengan semangat zaman feodal.
Namun penulis mengerti.

Personalisme ini menjadi gejala di banyak negara demokrasi (Kendall-Taylor, 2017).
Ciri utamanya, konsentrasi kekuasaan ada pada pemimpin; pengaruh dan kemandirian partai politik berkurang karena aktor-aktornya berkiblat pada pribadi pemimpin.
Selain itu, arah dan praktik politik merefleksikan preferensi pemimpin dari pada proses negosiasi, kontestasi dan kompromi politik aktor-aktornya.
Baca juga: Mahfud MD Resmi Ditunjuk Dampingi Ganjar Pranowo di Pilpres 2024: Berikut Prestasi Sang Profesor
Menurut Wright (2021), personalisme ini adalah erosi demokrasi dan menghasilkan polarisasi politik sebab arah dan praktik politik bertumpu pada pribadi penguasa, bukan pada nilai, sistem atau struktur demokrasi.
Sejatinya, PSI tepat merumuskan nilai kepemimpinan Jokowi sebagai Jokowisme. Sayang mereka mengartikulasikannya secara keliru.
Alih-alih menjadikan nilai kepemimpinan Jokowi sebagai nilai partai, mereka jatuh pada personalisme Jokowi: menjadikan Jokowi sebagai aku ("Jokowi is me").
Di negara demokrasi, personalisme ada salah satu tanda utama pembusukan politik.
Sedihnya, pembusukan tersebut semakin kentara belakangan ini dengan akrobat politik Mahkamah Konstitusi, lalu dilanjutkan dengan skenario yang belakangan ini semakin jelas: Gibran Rakabuming masuk dalam gelanggang kontestasi pilpres 2024. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Jokowi is Me" sebagai Pembusukan Politik",
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.