ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Papua Terkini

Bantuan Aparat Ditolak di Wilayah Yahukimo, Hesegam: Bukan Benci tapi Demi Citra Internasional

masyarakat secara tegas menolak keterlibatan aparat TNI-Polri dalam pelayanan kemanusiaan dan keagamaan di wilayah Papua Pegunungan.

Tribun-Papua.com/Noel Wenda
Direktur Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua ( YKKMP ) Theo Hesegem. 

Laporan Wartawan Tribun-papua.com,Noel Iman Untung Wenda

TRIBUN-PAPUA.COM,WAMENA - Pimpinan Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua (YKKMP), Theo Hesegem, menegaskan bahwa pelibatan aparat keamanan bersenjata di fasilitas umum seperti gereja, sekolah, dan rumah sakit di wilayah konflik Papua, khususnya Kurima di Distrik Ukha dan Tangma, Kabupaten Yahukimo menimbulkan kekhawatiran serius terhadap citra Indonesia di mata internasional.

Dalam jumpa pers yang digelar di Kantor YKKMP, WAmena, Rabu (09/07/2025), Hesegem mengungkapkan bahwa masyarakat secara tegas menolak keterlibatan aparat TNI-Polri dalam pelayanan kemanusiaan dan keagamaan di wilayah mereka, demi menghindari stiap sorotan global yang dinilai mempermalukan komunitas lokal.

“Bukan karena kami benci atau menolak bantuan, tapi karena kehadiran aparat bersenjata di gereja, sekolah, dan fasilitas kesehatan menjadi sorotan internasional. Ini membuat kami malu,” ujar Hesegem.

Menurutnya, keputusan kolektif untuk tidak menerima pelayanan apapun dari aparat keamanan di wilayah tersebut lahir dari keinginan masyarakat menjaga kehormatan serta batas tanggung jawab institusi masing-masing.

Baca juga: VIRAL Tokoh Muda Papua Ali Kabiay Ribut dengan Warga Negara Asing, Begini Penyebabnya

“Semua punya tugas masing-masing. Tapi kalau semua diambil alih oleh aparat keamanan, lalu apa kata dunia internasional? Kami takut semua, karena ini menyangkut martabat,” tegasnya.

Hesegem juga menyoroti tindakan aparat yang membawa senjata ke rumah ibadah dan fasilitas publik.

Menurutnya, tindakan ini tidak hanya menciptakan rasa takut di kalangan warga, tapi juga memperburuk persepsi publik terhadap pendekatan keamanan di Papua.

“Ketika TNI-Polri masuk ke sekolah dan gereja dengan senjata lengkap, itu menimbulkan trauma. Oleh karena itu, kami semua sepakat agar mereka tidak boleh melayani di ruang-ruang tersebut,” katanya.

Sementara itu, terkait bantuan Alkitab yang diberikan aparat keamanan kepada masyarakat, Hesegem menilai momen tersebut tidak tepat karena justru dilakukan di tengah meningkatnya korban jiwa.

“Pembunuhan terus terjadi, tapi di sisi lain diberikan Alkitab. Ini bertentangan dengan nilai-nilai Injil dan membuat kami merasa seolah-olah sedang melakukan hal yang tidak diinginkan oleh Tuhan. Maka kami memilih untuk menghindarinya,” ujarnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa hingga kini, aktivitas masyarakat di Distrik Tangma masih lumpuh total. Meski kendaraan masih bisa keluar masuk, namun dilakukan di bawah pengawasan ketat dengan pemeriksaan berlapis.

“Saya sendiri lahir dan besar di situ. Tapi ketika saya masuk wilayah itu, selalu diperiksa. Saya sampaikan langsung kepada Kapolres, saya merasa sangat terganggu,” tutur Hesegem.

Lebih jauh, ia menegaskan bahwa dirinya bersedia menjadi penjamin keamanan untuk dua distrik yang sedang terdampak konflik tersebut.

“Kalau Ukha dan Tangma aman, maka saya yakin wilayah lain di sekitarnya juga akan aman. Saya bersedia jadi penjaminnya,” pungkasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Papua
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved