ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Kota Jayapura

Di Balik Gemerlap Jayapura, Yorgen Ayomi Bertahan di Bangunan Kumuh Tak Layak Huni

Waktu banjir, kami semua lagi kerja di darat. Saya pungut botol, anak-anak jaga parkir. Ada warga yang beritahu rumah sudah

Tribun-Papua.com/Yulianus Magai
KEMAJUAN KOTA JAYAPURA - Kondisi Bapa Ayomi dan anak cucunya saat bertemu Jurnalis, di rumah kumuh di kawasan Kali Hanyaan, Entrop, Distrik Jayapura Selatan, Rabu, (23/7/2025). Keluarga ini sudah menetap di bangunan itu selama enam tahun. 

Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Yulianus Magai

TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Di tengah kemajuan pembangunan Kota Jayapura, Pusat Ibu Kota Provinsi Papua, masih ada warga yang hidup dalam kondisi serba kekurangan dan luput dari perhatian pemerintah. Salah satunya adalah Yorgen Ayomi, warga kawasan Kali Hanyaan, Entrop, Distrik Jayapura Selatan, yang telah enam tahun bertahan hidup di bangunan kosong tak layak huni.

Sejak rumahnya terendam banjir besar pada tahun 2019, Yorgen bersama tujuh anak dan dua cucunya menempati bekas bangunan Toko Matahari. Bangunan tersebut bukan miliknya dan mereka tinggal di sana tanpa izin karena tidak ada pilihan lain.

Baca juga: Yorgen Ayomi Disantuni Polisi, 6 Tahun Tinggal di Bangunan Tak Layak Huni

“Waktu banjir, kami semua lagi kerja di darat. Saya pungut botol, anak-anak jaga parkir. Ada warga yang beritahu rumah sudah terendam. Semua isi rumah habis, tinggal baju di badan,” ujar Yorgen kepada Tribun-Papua.com, Rabu (23/7/2025).

Bangunan tempat mereka tinggal saat ini sangat memprihatinkan. Tidak memiliki dinding permanen, tanpa listrik, jamban dan fasilitas dasar lainnya. Lingkungannya kumuh, penuh sampah, atap bocor, dan lantai kotor. Setiap malam mereka tidur beralaskan kasur lusuh dalam gelap.

Baca juga: Pemprov Papua Tengah-KPPN Nabire Dorong UMKM Manfaatkan UMi

“Kalau hujan besar, gedung ini basah semua. Tapi kami tetap tinggal karena memang tidak ada tempat lain. Saya terpaksa bawa anak-anak tinggal di sini,” lanjut Yorgen.

Untuk menyambung hidup, Yorgen dan keluarganya mengandalkan barang rongsokan yang dikumpulkan dan dijual sebulan sekali. Anak-anak dan menantunya bekerja serabutan sebagai penjaga parkir di toko-toko sekitar. Penghasilan tak menentu dan makan pun menjadi perjuangan.

Baca juga: Pemprov Papua Tengah-KPPN Nabire Dorong UMKM Manfaatkan UMi

“Kami tidak punya alat masak, jadi tiap hari beli makanan. Kadang satu bungkus nasi dimakan dua orang,” ujarnya lirih.

Namun kini, tempat tinggal darurat itu pun terancam. Pemilik bangunan berencana merenovasi, membuat Yorgen kembali kebingungan mencari tempat berteduh.

Baca juga: Bupati Lanny Jaya Buka Seleksi SKB CPNS, Tinjau Langsung Ruang Ujian

“Tempat ini mau direnovasi. Saya tidak tahu harus ke mana lagi. Tapi puji Tuhan, sudah ada perhatian dari pemerintah kota setelah ada perjuangan dari seorang pemuda Meepago,” kata Yorgen.

Adalah Elias Gobai, seorang pemuda asal Meepago yang bekerja di Keuskupan Jayapura, yang memperjuangkan nasib Yorgen. Perhatian pemerintah mulai muncul setelah Elias menyuarakan kondisi Yorgen melalui media.

Baca juga: Puskesmas Sarmi Lakukan Pemeriksaan Gratis Untuk Warga Tafarewar

“Saya lewat sini dan lihat bapak Ayomi sedang bakar sampah. Besoknya saya datang lagi dan ngobrol. Setelah itu, saya tulis kisahnya dan sebar ke wartawan,” jelas Elias.

Elias mengungkapkan bahwa dirinya telah mendampingi Ayomi hingga ke Pemerintah Kota Jayapura.

Baca juga: 5 Zodiak yang Dikenal Paling Boros, Aries Tak Ragu untuk Berfoya-foya

“Kemarin kami ke Pemkot. Puji Tuhan, rumahnya akan dibangun kembali setelah enam tahun lebih. Sambil menunggu pembangunan, Bapak Ayomi dan anak cucunya akan tinggal di rumah kost selama tiga bulan,” ungkap Elias.

Ia menambahkan, “Saya akan menghilang setelah bapak ini aman.”pungkasnya.(*)

Sumber: Tribun Papua
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved