ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Kopi Liberika Sarmi

Kopi Liberika Sarmi, Potensi Tersembunyi dari Tanah Papua

Namun, potensi kopi liberika di Sarmi masih "tidur". Tantangan utama yang dihadapi petani adalah belum adanya pasar tetap

Tribun-Papua.com/Anderson Esris
KOPI SARMI - Martinus Koryesin, satu figur yang menunjukkan komitmen kuat dalam pengembangan kopi liberika di Kabupaten Sarmi, Senin, (10/11/2025). Selama tiga tahun dirinya telah membudidaya 200 pohon kopi liberika. 
Ringkasan Berita:Kabupaten Sarmi, menyimpan potensi Kopi Liberika yang bisa jadi komoditas unggulan. Kopi bersejarah ini masih "tidur" karena terkendala minimnya pasar, rantai pasok dan fasilitas pasca-panen.
 
Martinus Koryesin menjadi pelopor dengan menanam 200 pohon sejak 2023. Meski menghadapi hama dan cuaca ekstrem, ia gigih berharap Liberika menjadi identitas Sarmi. Pemerintah Kabupaten dan Dinas Pertanian didorong memberi dukungan promosi, pengolahan, dan akses pasar agar potensi ini terealisasi.

 

Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Anderson Esris

TRIBUN-PAPUA.COM, SARMI - Kabupaten Sarmi, Papua, menyimpan potensi besar dalam komoditas kopi, khususnya jenis Liberika yang berasal dari Liberia, Afrika Barat. Meski masih dalam tahap pengembangan dan belum dikenal luas, kopi ini memiliki peluang untuk menjadi salah satu produk unggulan daerah jika dikelola secara serius dan berkelanjutan.

Kopi liberika diperkenalkan ke Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada akhir abad ke-19 sebagai alternatif kopi arabika yang saat itu terserang penyakit karat daun. Kini, jenis kopi ini tumbuh di beberapa wilayah Indonesia, termasuk Jambi dan Kalimantan, dan mulai merambah ke wilayah timur seperti Papua, termasuk Kabupaten Sarmi.

Baca juga: Wagub Aryoko Arahkan Kekuatan Besar Pulihkan Papua yang Darurat Stunting

Namun, potensi kopi liberika di Sarmi masih "tidur". Tantangan utama yang dihadapi petani adalah belum adanya pasar tetap dan jelas, serta minimnya akses terhadap rantai pasok, kurangnya fasilitas pasca-panen, serta promosi yang masih terbatas. 

Hal ini membuat sebagian petani ragu untuk mengembangkan kopi ini dalam skala besar.

Meski demikian, terdapat salah satu petani yang menjadi pelopor budidaya kopi liberika di Sarmi yaitu Martinus Koryesin. Ditemui di Kampung Nanot, Distrik Sarmi Kota, pada Senin (10/11/2025), Martinus menceritakan perjuangannya menanam 200 pohon kopi liberika sejak 2023 hingga 2025. Ia berharap kopi ini suatu saat bisa menjadi identitas Sarmi di dunia kopi nasional.

Baca juga: Andalan Ojek Online dan Taksi Online, SPBU Pertamina Jadi Tempat Isi Energi Sebelum Narik Lagi

Selama tiga tahun Martinus berhasil mendapatkan hasil buah kopi yang baik dan lebat. Namun, tantangan tetap ada, mulai dari hama, kondisi tanah, hingga cuaca ekstrem yang menyebabkan sebagian tanaman mati. Meski demikian, semangatnya tidak pernah padam untuk terus menanam dan memperkenalkan kopi liberika Sarmi.

Minimnya rantai pasok dan fasilitas pasca-panen menjadi penghambat utama pengembangan kopi ini. Tanpa akses pengolahan, penyimpanan, dan pemasaran yang layak, hasil panen sulit bersaing di pasar. Hal ini menegaskan pentingnya dukungan infrastruktur pertanian dari pemerintah.

Dinas Pertanian dan Pemerintah Kabupaten Sarmi diharapkan dapat memberikan perhatian lebih terhadap potensi ini. Dukungan berupa promosi, fasilitas pengolahan, hingga pembukaan akses ke pasar regional dan nasional sangat dibutuhkan agar kopi liberika Sarmi bisa dikenal lebih luas.

Baca juga: Gubernur Fakhiri Ajak HKJSM Periode 2025 – 2030 Bangun Papua Baru

Jika potensi ini digarap dengan serius, kopi liberika dari Sarmi dapat menjadi komoditas unggulan baru dari Papua. Bukan hanya meningkatkan perekonomian petani, tetapi juga mengangkat nama Sarmi sebagai daerah penghasil kopi yang berkualitas dan bernilai sejarah.(*)

Sumber: Tribun Papua
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved