ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Pemkab Jayapura

Setelah Kasus Penolakan Irene, RSUD Yowari Diperintah Tambah Dokter dan Gratiskan Biaya Persalinan

Biaya melahirkan di RSUD Yowari Kabupaten Jayapura kini digratiskan, tanpa pungutan sepeser pun.

Tribun-Papua.com/Putri Nurjannah Kurita
DARURAT KESEHATAN PAPUA - Suasana di depan RSUD Yowari di Doyo Lama, Distrik Waibhu, Kabupaten Jayapura, Senin. 

TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Kematian tragis Irene Sokoy dan bayinya setelah ditolak empat rumah sakit di Papua karena alasan administrasi dan biaya telah memicu perubahan medadak di Kabupaten Jayapura.

Bupati Jayapura Yunus Wonda baru saja mengumumkan kebijakan yang langsung menyentuh masyarakat kecil.

Biaya melahirkan di RSUD Yowari kini digratiskan, tanpa pungutan sepeser pun.

Kebijakan ini diambil setelah Bupati menggelar pertemuan dengan seluruh tenaga medis dan manajemen RSUD Yowari di Sentani, Senin (23/11/2025). 

Pertemuan itu menjadi momentum introspeksi setelah kasus Irene Sokoy menjadi tamparan keras bagi pelayanan kesehatan daerah.

Yunus Wonda memerintahkan seluruh tenaga medis di RSUD Yowari untuk meningkatkan pelayanannya dan tak lagi menolak pasien yang dalam kondisi darurat. 

Baca juga: Polda Papua Usut Dugaan Pelanggaran Pelayanan di RS Bhayangkara Pasca-meninggalnya Irene Sokoy

“Dengan peristiwa yang sudah terjadi, saya harap tidak ada lagi kejadian seperti ini. Tidak boleh ada lagi penolakan pasien di rumah sakit ini,” katanya kepada wartawan usai pertemuan dengan para tenaga medis dan menajemen RSUD Yowari.

Wonda dengan nada penuh penyesalan, mengakui kegagalan pemerintah dalam melindungi warganya.

DARURAT KESEHATAN DI PAPUA - Abraham Kabey berfoto bersama kedua anak Irene Sokoy dan Niel Kabey di makam Irene Sokoy di Kampung Hobong, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua.
DARURAT KESEHATAN DI PAPUA - Abraham Kabey berfoto bersama kedua anak Irene Sokoy dan Niel Kabey di makam Irene Sokoy di Kampung Hobong, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. (Tribun-Papua.com/Putri Nurjannah Kurita)

Ia meminta tragedi Irine Sokoy menjadi pembelajaran, memastikan bahwa nyawa selalu menjadi prioritas utama, serta tidak mengutamakan administrasi.

“Ini bagian dari kepekaan kalian sebagai tenaga medis, jika ada pasien yang datang ke IGD itu artinya darurat antara hidup dan mati, sehingga harus segera ditangani."

"Jika di sini tak memiliki kelengkapan alat atau SDM, segera siapkan rujukan secepatnya sehingga tidak berlama-lama disini, karena semakin lama pasien ditahan maka semakin bahaya,” tegasnya.

Mantan Ketua DPRD Provinsi Papua itu menyebut, kasus meninggalnya pasien Irine Sokoy dan bayinya harus menjadi pembelajaran bagi pemerintah dan seluruh tenaga medis di rumah sakit agar meningkatkan pelayanannya.

“Saya sebagai bupati merasa gagal menjaga dan melindungi masyarakat saya. Saya harap peristiwa ini tidak terjadi lagi di kemudian hari. Ke depan jika ada pasien darurat harus di tangani dulu, nanti administrasi dari belakang,” kata dia.

“Saya juga minta agar pihak rumah sakit mengubah pola pelayanan. Saya tidak ingin masyarakat itu datang berjam-jam menunggu tanpa hasil yang jelas. Pelayanan di rumah sakit ini harus kita rubah dan mengutamakan masyarakat,” ucap dia.

Untuk mencegah kejadian yang dialami oleh Irine Sokoy terulang, Bupati Jayapura mengeluarkan kebijakan bahwa semua ibu melahirkan di RSUD Yowari gratis.

Sumber: Tribun Papua
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved