Sejarah
Jejak Merah Putih di Fakfak, Kisah Raja Ati-ati Yusuf Bay Dapat Pesan dari Soekarno
Taman Kota Satu Tungku Tiga Batu berjarak 24 km untuk tiba di Kampung Werpigan yang menjadi lokasi tugu bersejarah ini.
Penulis: Aldi Bimantara | Editor: Roy Ratumakin
Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Aldi Bimantara
TRIBUN-PAPUA.COM, FAKFAK - Jejak perjuangan pengibaran Bendera Merah Putih di salah satu daerah tertua di Papua, yakni Kabupaten Fakfak nyatanya masih meninggalkan bekas hingga kini.
Hal tersebut dapat dilihat dari salah satu saksi bisu potret Tugu Pengibaran Bendera Merah Putih yang ada di Kampung Werpigan, Distrik Wartutin, Kabupaten Fakfak, Papua Barat.
Lokasi tugu tersebut terletak tak begitu jauh dari objek wisata Pantai Warna-warni Kampung Werpigan.
Baca juga: Wisata Papua: Melihat Jejak Sejarah Perang Dunia II di Gua Binsari Biak
Dari pusat Kota Fakfak, yakni Taman Kota Satu Tungku Tiga Batu berjarak 24 km untuk tiba di Kampung Werpigan yang menjadi lokasi tugu bersejarah ini.
Secara visual, tugu tersebut tampak sederhana yang dibangun untuk menjadi tanda bahwasanya pada lokasi tersebut pernah dikibarkan Bendera Merah Putih oleh Raja Ati-ati saat itu, yakni Raja Yusuf Bay.
Pada tugu tersebut, terdapat replika bendera dari beton yang dicat dengan warna merah putih dan replika bambu dengan cat warna kuning keemasan.
Serta ada replika rantai yang mengitari satu bidang dengan warna dasar biru muda.
Melalui tugu tersebut, pengunjung dapat melihat keterangan informasi dengan jelas mengenai maksud didirikan tugu itu, yakni sebagai momen mengenang pengibaran Bendera Merah Putih oleh Raja Yusuf Bay.
Dalam keterangan tersebut juga tertulis soal waktu saat pengibaran Bendera Merah Putih yang dilakukan Raja Yusuf Bay, tepatnya pada tanggal 28 Saban 1372 Hijriah silam.
Termuat juga keterangan informasi bahwasanya pada Hari Senin, 2 Mei 1953 telah berkibar Sang Saka Merah Putih di tempat tersebut.
Baca juga: Ini Kunci Sukses Kinerja Terbaik PLN Sepanjang Sejarah, Transformasi Tata Kelola Keuangan
Kemudian, akibatnya terjadi kontak senjata antara pasukan Belanda dan Kesatuan Banteng Putih (RI), hingga 3 orang dari pihak kesatuan tersebut gugur dalam perjuangan membela Tanah Air.
Tak berpuas dengan informasi yang diperoleh dari tugu tersebut, Tribun-Papua.com berkesempatan mewawancarai salah satu tokoh masyarakat Kampung Werpigan, sekaligus sebagai adik kandung dari Raja Ati-ati Yusuf Bay.
Demam Emas California: Kisah di Balik Penemuan Emas pada 24 Januari 1848 |
![]() |
---|
19 Januari: Perayaan Unik dari Salju hingga Rasa |
![]() |
---|
KISAH Martha Christina Tiahahu: Srikandi Maluku yang Mengukir Sejarah dengan Darah dan Air Mata |
![]() |
---|
Jejak Kemanusiaan Komodor Yos Sudarso: Ketika Kepahlawanan Berpadu dengan Welas Asih |
![]() |
---|
Bak Tarian Politik yang Rumit, Berikut Gejolak Reshuffle Kabinet di Indonesia dari Masa ke Masa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.