Sejarah
Jejak Merah Putih di Fakfak, Kisah Raja Ati-ati Yusuf Bay Dapat Pesan dari Soekarno
Taman Kota Satu Tungku Tiga Batu berjarak 24 km untuk tiba di Kampung Werpigan yang menjadi lokasi tugu bersejarah ini.
Penulis: Aldi Bimantara | Editor: Roy Ratumakin
Meskipun sudah dalam kondisi sepuh, adik kandung Raja Ati-ati Yusuf Bay, yakni Yahya Bay masih mengingat momen pengibaran Bendera Merah Putih tersebut yang dikisahkan kepadanya.
"Pada saat itu, ada pesta Silat di kampung sebelah, Abu Talib Heremba yang menjadi pimpinan pasukan kala itu dan ada 5 pasukan dari Indonesia yang ingin tiba ke Kampung Werpigan, dan akhirnya masuk ke Kolam Atatuni," kisahnya.
Sehingga pada saat itu, Raja Ati-ati Yusuf Bay dititipkan Bendera Merah Putih yang diikat pada sebatang bambu dan juga Sagu Lempeng oleh Abu Talib Heremba untuk dikibarkan.
Baca juga: Bupati Piter Gusbager: Tugu Pancasila di Distrik Waris Akan Menjadi Sejarah Bagi Masyarakat Papua
"Dorang (mereka) kasi bendera tersebut secara sembunyi-sembunyi untuk dikibarkan, kemudian saat akan bergegas balik, mereka tidak panggayung (mendayung) ke arah darat karena takut ditangkap militer Belanda, akhirnya mendayung ke arah Pulau Panjang," kisahnya.
Ia berkisah, saat itu yang menerima Bendera Merah Putih dari seorang tentara Indonesia Abu Talib Heremba ialah salah satu tokoh, yakni Temin Anggeluli dengan berlari sambil badannya bergetar membawa bendera dan diserahkan ke Raja Ati-ati.
"Saat diserahkan Kaka Raja Ati-ati, langsung bendera itu diikat di sepucuk bambu dan ditancapkan pada tanah yang saat ini telah terbangun Tugu Pengibaran Bendera Merah Putih tersebut," ceritanya.
Yahya mengatakan, jiwa nasionalisme Raja Ati-ati Yusuf Bay mulai terbentuk tatkala menerima surat secara langsung dari Presiden Soekarno.
"Pada jaman itu, Presiden Soekarno membuat surat khusus dan surat itu 3 bulan baru sampai ke Fakfak melalui Hongkong dan surat tersebut diserahkan kepada Kapitan Cina di Fakfak untuk diteruskan kepada Bapa Raja Ati-ati Yusuf Bay," jelasnya.
Dalam surat tersebut, Yahya mengisahkan Presiden Soekarno memerintahkan Raja Ati-ati Yusuf Bay untuk mengangkat senjata dan membela negerinya melawan Belanda.
"Menindaklanjuti pesan atau amanah tersebut, Raja Ati-ati mengambil 5 buah mortir sebagai simbol perjuangan dan berpesan kepada anak buahnya untuk melawan Belanda secara sembunyi-sembunyi," lanjutnya.
Pesan untuk Generasi Muda Papua
Terlepas dari kisah heroik Raja Ati-ati yang mengibarkan Bendera Merah Putih sebagai simbol perlawanan terhadap kekuasaan Belanda, Yahya memiliki pesan khusus untuk anak muda Papua di masa kini.
Demam Emas California: Kisah di Balik Penemuan Emas pada 24 Januari 1848 |
![]() |
---|
19 Januari: Perayaan Unik dari Salju hingga Rasa |
![]() |
---|
KISAH Martha Christina Tiahahu: Srikandi Maluku yang Mengukir Sejarah dengan Darah dan Air Mata |
![]() |
---|
Jejak Kemanusiaan Komodor Yos Sudarso: Ketika Kepahlawanan Berpadu dengan Welas Asih |
![]() |
---|
Bak Tarian Politik yang Rumit, Berikut Gejolak Reshuffle Kabinet di Indonesia dari Masa ke Masa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.