ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Pemilu 2024

Cerita Elkana Murib dan Ratusan Warga Nduga, Mengungsi ke Wamena Akibat Konflik: Hak Suara Direnggut

Mereka bertahan hidup dengan sedikit sentuhan dari pemerintah. Nestapa mereka tidak berhenti di situ.

Tribun-Papua.com/Istimewa
Elkana Murib, warga dari Distrik Nirkuri, Kabupaten Nduga.(BBC Indonesia) 

TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Hampir enam tahun Elkana Murib bersama ratusan warga Kabupaten Nduga lainnya bertahan di tanah pengungsian di Wamena, Kabupaten Jayawijaya.

Mereka bertahan hidup dengan sedikit sentuhan dari pemerintah.

Hanya, nestapa mereka tidak berhenti di situ.

Ratusan penyintas ini mengaku hak konstitusional sebagai warga negara Indonesia direnggut karena tidak dapat menyalurkan hak suara pada Pemilu 2024.

Sebaliknya, mereka pun mempertanyakan komitmen negara, apakah mengakui mereka sebagai warga negara Indonesia atau tidak.

Wartawan BBC News Indonesia, Raja Eben Lumbanrau, bertemu dengan para pengungsi yang kini hidup dalam ‘keterbatasan dan stigmatisasi’ di pinggiran Wamena, di provinsi yang baru dimekarkan melalui kebijakan pemerintahan Joko Widodo.

Tangis Elkana Murib, warga dari Distrik Nirkuri, Kabupaten Nduga, pecah ketika mengenang trauma yang melukai hidupnya enam tahun lalu.

Baca juga: BREAKING NEWS: Seorang Anggota Linmas di Jayapura Meninggal Dunia

Dia bercerita rumahnya dan warga lain di Nirkuri hangus terbakar.

Konflik bersenjata berkecamuk antara aparat keamanan TNI/Polri dengan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM), pimpinan Egianus Kogoya.

“Kini tinggal gereja yang berdiri, mungkin hanya rangka dan seng saja. Tidak ada orang di sana lagi, semua jadi pengungsi,“ kata Elkana yang kini mengungsi di wilayah Ilekma, Kabupaten Jayawijaya, Sabtu (10/02).

Rentetan konflik bersenjata terjadi di Nduga pada tahun 2018.

Saat itu, terjadi penyerangan di ibu kota Nduga, Kenyam, yang menewaskan tiga orang.

Lalu diikuti penembakan dua pesawat Trigana, hingga akhirnya mencapai puncak saat belasan pekerja PT Istaka Karya yang mengerjakan proyek Trans Papua di Gunung Kabo, dibunuh pada akhir tahun itu.

Pemerintah lalu merespons pembunuhan itu dengan melakukan operasi militer.

Pasukan keamanan gabungan dikerahkan untuk mengejar para pelaku yang berasal dari TPNPB-OPM.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved