ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

HUT PI di Papua

Warga Sumatra dan Jawa Ibadah HUT PI di Papua Dengan Pakaian Adat

Melalui pakaian adat, mereka menggambarkan bahwa injil yang masuk di Papua bagi orang Papua saat itu, mampu menyatukan keberagaman suku di Papua denga

Tribun-Papua.com/dok:Gereja GKI Martin Luther Sentani
HUT PI PAPUA: Suasana ibadah HUT Pekabaran Injil ke-170 di Gereja GKI Martin Luther Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Rabu, (5/2/2025). Sebagian jemaat menggunakan pakaian adat dari Sumatra dan Jawa, sebagai bukti injil menyatukan berbagai suku di Papua.  

Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Putri Nurjannah Kurita

TRIBUN-PAPUA.COM, SENTANI – Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Pekabaran Injil (PI) yang dilakukan pada 5 Februari setiap tahun di Papua, merupakan momen penting bagi mayoritas orang asli Papua. Namun ibadah 5 Februari 2025 yang berlangsung di Gereja Kristen Injili (GKI) Martin Luther Sentani, Kabupaten Jayapura, tampak berbeda dari biasanya.

Baca juga: Kematian Ternak Babi Akibat Virus ASF di Nabire Tembus 2.674 Ekor

Warga asal Sumatra dan Jawa yang terlibat pada ibadah, memberikan kesan tersendiri sebab mereka mengenakan pakaian adat masing-masing. Melalui pakaian adat, mereka menggambarkan bahwa injil yang masuk di Papua bagi orang Papua saat itu, mampu menyatukan keberagaman suku di Papua dengan damai. Ibadah dimulai sekitar pukul 9.00 WIT, dipimpin oleh Pendeta Josina Wambrauw.

Warga jemaat yang berasal dari Sumatra dan Jawa memakai blankon, kebaya, dan kain ulos. Panitia juga membagi-bagikan kain ulos kepada orang tua-tua yang mengikuti ibadah. 

Baca juga: Ekpresikan Kemenangan Gugatan MK, Pendukung Benyamin Arisoy-Roi Palunga Gelar Konvoi di Serui Papua

Usai mempimpin ibadah, Pendeta Josina Wambrauw menyampaikan rasa syukur atas perayaan ke- 170 tahun Pekabaran Injil di Tanah Papua. Ia berpesan kepada jemaat untuk membebaskan dan melepaskan diri dari belenggu kejahatan.

"Kita bersyukur karena oleh kasih sayang Tuhan kita mengenal Yesus Kristus bahwa sesungguhnya Tuhan adalah juru selamat. Karena itu betapa berbahagianya kita menerima Injil di Tanah Papua," ujarnya.

Baca juga: MK Ketok Palu! Pasangan Mesak Magai dan Burhanuddin Pawennari Siap Dilantik Jadi Bupati Nabire

Adapun, tema Perayaan HUT PI Ke-170 adalah 'Keselamatan Telah Berlangsung Bagi Suku-suku Bangsa Di Tanah Papua (Roma 11:11).

Pendeta Josina menjelaskan makna dari tema HUT PI kali ini yakni keselamatan bagi semua orang di Tanah Papua.

"Saya terjemahkan kata bangsa-bangsa dengan semua orang. Jadi keselamatan untuk semua orang makanya keselamatan menjadi universal bagi mereka yang membuka hati mengaku Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat," ujarnya.

Baca juga: Sengketa Pilkada Dogiyai di MK Selesai, Elias Petege Ajak Masyarakat Bersatu Jaga Kedamaian

Josina berharap jemaat tetap menjadi orang percaya kepada Yesus Kristus, serta tidak menyia-nyiakan Pekabaran Injil yang sudah diberikan oleh Allah di atas Tanah Papua.

Injil masuk pertama kali diberitakan oleh dua orang misionaris asal Belanda dan Jerman yang bernama Carl Willem Ottow dan Johann Gotlob Geissler di Pulau Mansinam, Manokwari pada 5 Februari 1855. Sejak itu, umat GKI di Tanah Papua memperingati HUT PI setiap tanggal 5 Februari.

Baca juga: MK Ketok Palu! Pasangan Mesak Magai dan Burhanuddin Pawennari Siap Dilantik Jadi Bupati Nabire

Sementara itu, Ketua Panitia HUT PI Gereja GKI Martin Luther Sentani Aman Hasibuan mengatakan, ibadah kali ini diwarnai dengan pemakaian baju adat dari etnik Sumatra dan Jawa. Hal ini untuk menunjukkan keberagaman budaya antar jemaat.

"Ini menunjukkan unsur Jawa dan Sumatra. Kiranya ke 170 ini Gereja GKI semakin maju dan berkarya kedepan," katanya. 

Baca juga: Sengketa Pilkada Dogiyai di MK Selesai, Elias Petege Ajak Masyarakat Bersatu Jaga Kedamaian

Di akhir ibadah, warga jemaat juga menarikan tarian Tortor dari Batak, Sumatra Utara. Tarian itu bertujuan untuk menarik sumbangan pembangunan gedung gereja baru GKI Martin Luther Sentani.

Aman berharap momentum Pekabaran Injil ini seluruh umat tetap bersatu dan memelihara kerukunan budaya dan beragama di Tanah Papua.

Baca juga: Konflik di Puncak Jaya Dipicu Putusan MK Soal Pilkada yang Belum Jelas, Satu Orang Tewas

"Kita harapkan seluruh umat jemaat tetap bersatu dan berkerukunan satu sama lain," tutupnya. (*)

Sumber: Tribun Papua
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved