Sosok
Cerita Ketua DPR Papua Pegungan Yos Elopere Pulang Kampung: Mendengar, Menegur, dan Membantu
Bukan tanpa alasan. Dua distrik ini menyimpan banyak cerita yang nyaris tak terdengar di gedung-gedung pemerintahan.
Penulis: Noel Iman Untung Wenda | Editor: Paul Manahara Tambunan
“Kami tidak melarang mereka bertugas, tapi tolong pahami budaya kami,” kata Elopere, menahan emosi.
“Cabut tanaman dari akar itu tidak sopan. Di sini, ubi diambil hati-hati agar batang tetap hidup. Itu cara kami hidup.”
Ia menyoroti pula soal pagar kebun yang dicabut sembarangan.
“Pagar itu penting. Di sini babi dibiarkan bebas, dan pagar itulah yang melindungi kebun mereka,” tegasnya.
Di hadapan Wadan Pos Satgas Yonif 644, Letda Inf Febrian, Elopere mengingatkan agar aparat tidak sembarangan menanyakan keberadaan Egianus Kogeya kepada warga.

“Orang di sini hidup damai. Jangan ganggu dengan pertanyaan yang tidak relevan. Ini bisa menakutkan mereka,” katanya.
Letda Febrian berjanji akan menyampaikan keluhan tersebut ke satuan lain yang bertugas di rute berbeda.
“Kami di sini menjalankan tugas. Tapi masukan ini akan kami teruskan. Kami pun ingin damai,” ujarnya.
Sebuah Gereja, Harapan yang Belum Usai
Di tengah padatnya kunjungan, Elopere menyempatkan diri mendatangi Kantor Klasis GKIP Ibele.
Bangunan itu berdiri kokoh namun belum rampung sepenuhnya.
Pembangunannya sudah berjalan sejak 2016, dan kini memasuki tahap kedelapan.
Namun, kekurangan masih membentang lebar dari besi pagar hingga tehel dan tangga utama.
Sebagai anak yang dibesarkan oleh lingkungan gereja, Elopere menyerahkan bantuan logistik dan dana.
“Ini tanggung jawab moral saya. Gereja adalah nafas hidup masyarakat di sini,” ucapnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.