ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Nasional

Masa Pandemi Kenapa Orang Mudah Panic Buying?

Panic buying merupakan tindakan membeli sejumlah besar produk tertentu, karena ketakutan tiba-tiba kekurangan atau terjadi kenaikan harga.

Editor: Roy Ratumakin
Tribun-Papua.com/Aldi Bimantara
EKONOMI - Tampak etalase minyak goreng yang telah kosong, karena telah diborong oleh pembeli di Hypermart Mall Jayapura, Kamis (20/1/2022). 

"Subsidi yang bersifat terbuka rentan salah sasaran, sebab semua bisa mengakses dengan mudah. Potensi munculnya panic buying yang dilakukan oleh konsumen dengan kemampuan finansial baik akan sangat besar, bahkan mungkin saja akan terjadi penimbunan oleh oknum untuk keuntungan pribadi," terang dia.

Baca juga: Viral Video, Perawat Ini Menangis Tak Bisa Beli Kebutuhan karena Panic Buying: Bagaimana Aku Sehat?

Menurut dia, persoalan semacam ini sudah sering terjadi, tetapi pemerintah tidak juga menjadikannya sebagai pelajaran untuk mengadakan program subsidi dengan aturan main dan pengawasan yang lebih baik.

"Gelontoran subsidi bisa dilakukan, tetapi dengan terget yang jelas, berapa masyarakat yang bisa mendapat manfaat ini. Dengan demikian perlu pengawasan yang kuat dalam implementasi," ujar dia.

Lemahnya mekanisme dan pengawasan ini lah yang menyebabkan panic buying dan penimbunan terjadi di masyarakat.

EKONOMI - Para pembeli minyak goreng di Hypermart Mall Jayapura, yang sudah mulai dibatasi karena masyarakat memborong minyak goreng dengan harga murah, Kamis (20/1/2022).
EKONOMI - Para pembeli minyak goreng di Hypermart Mall Jayapura, yang sudah mulai dibatasi karena masyarakat memborong minyak goreng dengan harga murah, Kamis (20/1/2022). (Tribun-Papua.com)

Selain itu, Agus menilai selama ini pemerintah juga kurang tepat dalam mengukur keberhasilan program subsidi yang dilakukan.

"Tolok ukur subsidi selama ini adalah berapa barang/Rupiah yang sudah digerojokan, bukan berapa banyak masyarakat terdampak yang menikmati subsidi," kata Agus.

Terakhir, Agus mengatakan selain memberikan subsidi untuk meringankan beban masyarakat, pemerintah hendaknya memikirkan solusi akhirnya, karena subsidi dinilai bukan jalan keluar atas tingginya harga suatu produk di pasaran.

Baca juga: Minta Masyarakat Tak Lakukan Panic Buying, Jokowi: Stok Pangan Kita Lebih dari Cukup

"Ibarat orang sakit yang diberi minyak angin/balsem, pemberiaan subsidi ini tidak akan menyembuhkan penyakit yang sebenarnya. Sifatnya hanya menghangatkan sementara di tempat tertentu saja," ujar Agus.

"Idealnya pemerintah mendiagnosis penyebab dari mahalnya minyak goreng, kemudian memberikan obat yang tepat," pungkas dia.

Sifat manusiawi saat bertahan hidup Menurut pakar perilaku manusia Dr Ali Fenwick, setidaknya ada empat alasan mengapa pada saat wabah seperti sekarang ini orang merasa perlu memborong dan menimbun barang di rumah:

Baca juga: Soal Panic Buying karena Virus Corona, JK: Paniknya Seminggu

Modus Bertahan Hidup

Situasi yang tidak pasti atau mengancam membuat bagian otak yang lebih primitif mengambil alih, dan tujuan utamanya adalah membuat kita tetap hidup.

Kondisi ini akan menekan atau mengacaukan pola pikir rasional. Jadi, meski pemerintah berjanji kebutuhan pokok akan tetap terjamin, tak banyak orang yang mendengarkan.

Mayoritas orang belum pernah berada dalam situasi krisis kesehatan seperti sekarang, sehingga mereka lebih memilih membeli makanan lebih banyak dari pada beresiko kelaparan.

EKONOMI - Para pembeli minyak goreng di Hypermart Mall Jayapura, yang sudah mulai dibatasi karena masyarakat memborong minyak goreng dengan harga murah, Kamis (20/1/2022).
EKONOMI - Para pembeli minyak goreng di Hypermart Mall Jayapura, yang sudah mulai dibatasi karena masyarakat memborong minyak goreng dengan harga murah, Kamis (20/1/2022). (Tribun-Papua.com)

Efek Kelangkaan

Sumber: Tribun Papua
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved