Pemprov Papua
Beasiswa Dibatalkan tanpa Peringatan, Mahasiswa Papua di Australia Terlantar: Biaya Kuliah Menunggak
Efika Kora semasa kecil membayangkan suatu saat bisa menerbangkan pesawat perintis. Ia melihat sebuah pesawat melintasi desanya di atas langit Papua.
ABC telah melihat SMS staf kedutaan kepada salah seorang siswa, yang mengatakan bahwa keputusan ini sudah final.
"Tidak akan ada perpanjangan beasiswa karena masih ada mahasiswa Papua lain yang juga membutuhkan beasiswa. Jadi kalian harus bergantian," bunyi sebuah pesan.
Efika mengatakan tidak mengetahui tentang ketentuan lima tahun beasiswa tersebut.
"Kami tidak pernah mendapatkan surat tertulis yang mengatakan bahwa beasiswa kami akan berlaku selama lima tahun," katanya.
Ia mengatakan hanya diberitahu secara verbal bahwa ia telah menerima beasiswa di tahun 2015, dan akan memulai diplomanya tahun 2018 setelah menyelesaikan kursus bahasa.
Sejumlah siswa juga mengatakan mereka tidak diberikan surat resmi yang menjelaskan kondisi dan durasi beasiswa mereka.
Beberapa siswa mengatakan telah menandatangani kontrak di tahun 2019, beberapa saat setelah beasiswa telah berjalan, yang menjelaskan durasi bagi beberapa jurusan, namun Efika tidak menandatangani dokumen demikian.
Mahasiswa bisnis bernama Jaliron Kogoya mengatakan juga tidak menandatangani persetujuan ini.
Surat sponsor dari pemerintah Papua yang dikeluarkan tahun 2020 menjamin pemberian dana kuliah di University of South Australia hingga Juli tahun ini.
Baca juga: Beasiswa Tak Jelas, Yelipele: Kami Diusir dari Kelas, Dilarang Ikut Belajar
Ia pun sudah diberhentikan.
"Mereka hanya menyuruh kami pulang dan tidak ada lagi harapan untuk kami," ujar Jaliron.
University of South Australia dalam pernyataannya mengatakan telah bekerja sama dengan siswa dan pemerintah Papua sejak permulaan studi dua tahun yang lalu.
"Kami terus menyediakan berbagai dukungan bagi siswa di masa yang menyulitkan ini," ujar juru bicara universitas tersebut.
Setidaknya 84 mahasiswa di Amerika dan Kanada, ditambah 41 siswa di Selandia Baru, juga telah diberitahu pemerintah Papua bahwa beasiswa mereka telah habis dan mereka harus pulang.
Program terkendala masalah administrasi