Pemprov Papua
Beasiswa Dibatalkan tanpa Peringatan, Mahasiswa Papua di Australia Terlantar: Biaya Kuliah Menunggak
Efika Kora semasa kecil membayangkan suatu saat bisa menerbangkan pesawat perintis. Ia melihat sebuah pesawat melintasi desanya di atas langit Papua.
Beasiswa pemerintah Papua bertujuan untuk meningkatkan pendidikan bagi siswa di sana, namun program tersebut seringkali terkendala masalah administrasi.
Beberapa mengatakan tunjangan hidup mereka senilai 1.500 dollar Australia (Rp 15 juta) per bulan, dan biaya kuliah, kadang-kadang terlambat dibayarkan.
Ini menyebabkan para siswa tidak dapat mengambil mata kuliah dan kesulitan untuk membayar sewa rumah.
Efika mengatakan keterlambatan pembayaran ini turut menghambat kegiatan akademisnya.
Ia mengatakan butuh waktu sekitar empat semester untuk menyelesaikan studi penerbangannya, tetapi dengan belum dibayarnya uang kuliah, ia tidak dapat mempelajari beberapa aspek.
ABC telah melihat faktur dari sekolah penerbangan Efika, Hartwig Air, yang jatuh tempo pada 2018 tetapi tidak dibayar sampai dua tahun kemudian.
Biaya untuk satu semester saat ini, senilai 24.500 dollar Australia (Rp 260 juta), dibayar terlambat lebih dari tiga bulan, pada bulan Oktober tahun lalu.
Efika mengatakan ada saat-saat ketika ia merasa ingin menyerah. "Apa gunanya belajar jika hal-hal ini menunda studi saya?" katanya. Efika yakin ia bisa lulus lebih cepat jika uang kuliahnya dibayar tepat waktu. Hartwig Air menolak untuk berkomentar.
Baca juga: Aryoko Rumaropen Sebut 2.811 Siswa Terima Beasiswa Dalam Negeri, 473 Lainnya Luar Negeri
Laporan akademis yang dikeluarkan oleh sekolah Efika pada Februari tahun ini mengatakan ia "mengalami banyak kemajuan dalam penerbangan " dan mendapatkan hasil yang baik pada sebagian besar ujiannya.
Efika mengatakan keputusan untuk mengirimnya pulang sekarang tidak masuk akal karena biaya untuk semester ini sudah dibayar.
"Ini buang-buang investasi," katanya.
"Jika kami tidak membawa kualifikasi apa pun kembali ke rumah, itu memalukan bukan hanya bagi kami, tetapi juga bagi pemerintah."

"Tidak masuk akal"
Efika harus bekerja memetik buah dan sayuran di perkebunan untuk memenuhi kebutuhan hidup sejak tunjangan hidupnya dipotong pada November tahun lalu.
"Kami mencoba mencari pekerjaan paruh waktu di sana-sini untuk menutupi biaya sewa kami," katanya.