Rasisme
Warga Protes Praktik Rasis Berulang di SMP Kalam Kudus Mimika
"Pada tanggal 10 hari jumat, ada teman kelasnya yang bilang dia monyet. Bukan sekali tetapi tiga kali dalam kelas itu. Saya sangat
Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Feronike Rumere
TRIBUN-PAPUA.COM, MIMIKA - Puluhan orang tua atau warga di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua menyampaikan kekesalan mereka terhadap dugaan praktik-praktik bullying hingga rasisme terhadap pelajar di dalam lingkungan SMP Kristen Kalam Kudus Mimika.
Mereka membawa beberapa spanduk bertuliskan 'sa bukan monyet, stop buling'. Para orangtua menuntut pihak sekolah untuk bertanggung jawab atas dugaan bullying atau perundungan terhadap empat murid di sana.
Baca juga: Komite Eksekutif Otsus Papua, Mensejahterakan Rakyat atau Hanya Menenangkan Elite Daerah?
Salah satu orangtua murid Kelas 7 Salomo, korban buly Since Lokbere, saat di wawancarai mengatakan, sangat kecewa sebab anaknya menjadi korban perundungan rasis.
"Pada tanggal 10 hari jumat, ada teman kelasnya yang bilang dia monyet. Bukan sekali tetapi tiga kali dalam kelas itu. Saya sangat kecewa dan sakit hati," ungkap Since Lokbere di Halaman Loby Sekolah Kristen Kalam Kudus, Jalan Nawaripi, Mimika, Senin (13/10/2025).
Baca juga: Pemkab Sarmi Luncurkan Berbagai Hiburan Rakyat Dalam Rangka Sumpah Pemuda
Ia mengakui program pendidikan di Sekolah Kristen Kalam Kudus (SKK) sangat baik, namun praktik rasisme tidak bisa ditekan. Ia meminta wali kelas dan anak yang merundung dengan ungkapan rasis, tidak lagi mengajar dan bersekolah di sekolah tersebut.
Aksi puluhan warga mendapat perhatian langsung dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika, Jeni Oestin Usmani, yang hadir di lokasi bersama Ketua Yayasan Kalam Kudus Pdt Nining Lebang dan anggota DPRD Mimika Herman Tangke Pare.
Baca juga: Suku Meepago Komitmen Wujudkan Kamtibmas dan Lindungi Tempat Sakral
Sementara itu, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Kaki Abu, pendamping keluarga korban Deby Santoso menjelaskan, pembulian sudah terjadi beberapa waktu lalu sebanyak tiga kali terkait pembulian rasial dan isu ini berkembang, sehingga mereka berusaha melakukan mediasi, menginvestigasi dan mengevaluasi terkait tindakan rasial di lembaga pendidikan.
"Awal kasus buli ini terjadi sudah tiga kali, sehingga korban berupaya agar kami mendampingi agar penyampaian aspirasi, penyampaian keresahan terkait anak bersangkutan tepat sasaran," jelasnya.
Baca juga: Basarnas Jayapura Masih Cari Nelayan yang Hilang Dari Atas Perahu
Ketua Yayasan Sekolah Kristen Kalam Kudus Timika, Pdt Nining Lebang menjelaskan, pihaknya akan berupaya walaupun di Papua ia, tidak membedakan semua suku.
"Walaupun ini di Papua kami tidak membedakan, semua suku ada di sini dan di dalam kelas campur semua suku. Momen hari ini mengevaluasi kami,"pungkasnya.
Baca juga: Suku Dani Bahas Solusi Terhadap Pengungsi Pasca Konflik Topo-Urumusu
Hingga kini pihaknya berupaya melakukan mediasi dengan pihak sekolah, keluarga korban guna mencari solusi terbaik dan adil bagi semua terutama anak dan orangtua korban buli.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.