ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Papua Terkini

Dewan Gereja Papua-STTWPJ Gelar Festival Literasi: Refleksi Pelanggaran HAM-Rasisme di Tanah Papua 

Festival literasi dan resiliensi ini digelar karena banyak persoalan yang muncul di tengah masyarakat seperti situasi HAM, rasisme yang begitu kuat. 

Tribun-Papua.com/Putri Nurjannah Kurita
KONFLIK DI PAPUA - Dewan Gereja Papua, Pendeta Benny Giay (tengah), Ketua Pusat Studi HAM, Sosial dan Pastoral STTWPJ Hendrica Henny Ohoitimur, dan Sekertaris Pusat studi Ham Sosial dan Pastoral Sekolah Tinggi Teologi Walter post Rutina Labena saat memberi keterangan dalam jumpa pers di Kampus STT Walter Pos, Pos VII, Sentani, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura 

Di lain sisi, kawasan hutan yang terus-menerus dirusak, pengungsi akibat korban konflik antara aparat dan TPN-PB yang berdampak pada masyarakat gereja khususnya, dan masyarakat pendatang yang tinggal di wilayah-wilayah konflik, serta tambang yang terus ada di tanah ini dengan tidak memperhatikan ekosistem yang ada.

"Karena itulah festival ini diadakan. Dengan tujuan, untuk mencari dan membangun kekuatan dalam perenungan," ujarnya

Kegiatan ini diharapkan menjadi ruang refleksi, dimana orang Papua merenungkan situasi ini, dapat menggugah kesadaran publik tentang pentingnya mengingat peristiwa-perstiwa yang sudah terjadi karena ini merupakan hal yang harus diperjuangkan bersama.

Festival ini juga merupakan momen untuk mengingat kembali bukan melupakan masalah supaya dapat diselesaikan bersama.

Hendrica mengatakan, pihaknya menghadirkan komunitas gereja, akademisi, penulis, pemuda, seniman, dan pengungsi supaya duduk bersama dan berdialog.

Baca juga: 24 Tahun Aristoteles Masoka Hilang, Koalisi HAM Papua Desak Presiden Ungkap Nasib Sopir Theys Eluay

"Sebagai Kristian kita meyakini citra Allah sendiri, jadi ketika terjadi kekerasan, pembunuhan, dan penyiksaan, kita telah menyakiti citra Allah terhadap sesama," ujarnya.

"Sebagai sesama masyarakat Papua kita bisa mengurangi beban luka, mereka, dewan gereja, dan pusat studi menuliskan bagian-bagian ini sebagai, riset kedepan yang bisa dipakai sebagai alat-alat pembelajaran. Dengan menghadirkan seni, sastra, sebagai media pemulihan, kita berharap masih ada harapan."

 Sekertaris Pusat studi Ham Sosial dan Pastoral Sekolah Tinggi Teologi Walter Post, Rutina Labena menyebut, rangkaian kegiatan akan dilaksanakan selama tiga hari dengan menampilkan kegitan publik yang melibatkan penulis, seniman, jurnalis, musisi, aktivis lingkungan, hingga keluarga pengungsi dari Maybrat, Puncak, dan Oksibil.

Di hari kedua, akan dilakukan diskusi publik dan talkshow, pamern literasi, seni, dan arsip, pameran foto pengungsi dari berbagai wilayah konflik, bekerjasama dengan Iwatali tentang isu lingkungan dari Pusaka Belantara Rakyat, berbicara soal Proyek Strategis Nasional (PSN) di Papua Selatan, dan ada pameran lukisan.

"Ada juga stand UMKM, dari mama pedagang di Pos VII, kami juga mengundang Alex Giay, Albert Rumbekwan. Menghadirkan jurnalis senior, Albert Yomo, ada juga Markus Haluk dalam panel diskusi," kata Ruth. (*)  

 

Sumber: Tribun Papua
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved