KKB Papua
Mengenal Distrik Beoga: Rawan KKB Papua, Tak Ada Guru dan Mobil hingga Fasilitas Superminim
Beoga terletak pada ketinggian 2.435 meter di atas permukaan laut (MDPL). Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) membuat keamanan warga terusik.
Biaya pengirimannya pun tidak murah karena mencapai jutaan rupiah.
"Mereka beli motor di Timika terus kirim pakai pesawat, ongkosnya Rp 6 juta per motor," ungkap Ali.
Untuk bahan bakar minyak (BBM), Ali Akbar menyebutkan, ada tiga toko yang menjual dengan harga sama.
"Yang jual BBM ada tiga, harganya Rp 50.000 per liter," cetusnya.
Akses antarkampung, terang Ali Akbar, hanya bisa dijangkau dengan berjalan, karena hanya tersedia jalan setapak.

Sekolah tak aktif
Sejak 8 April 2021, aktivitas di Distrik Beoga berubah akibat akibat aksi penembakan KKB yang menewaskan Oktovianus Rayo (43).
Korban merupakan seorang guru di sekolah dasar setempat.
Setelah kejadian tersebut, sudah tidak ada guru yang berada di Beoga dan sebagian proses pembelajaran pindah ke Timika.
Baca juga: Ratusan Aparat Gabungan Diterjunkan Evakuasi 8 Pekerja Tower yang Tewas Ditembak KKB Papua
"Sekarang SD sudah tidak ada gurunya, kalau SMP dan SMA sepertinya mereka sewa tempat di Timika dan sekolahnya di sana, sudah banyak anak-anak di sini berangkat ke Timika," kata Ali Akbar.
Untuk mengatasi kekosongan sekolah, Ali mengaku dirinya bersama Danramil Beoga telah mengusulkan ke Dinas Pendidikan Puncak agar aparat TNI dan polisi diberdayakan sebagai guru.
Hanya saja usulan tersebut belum dikabulkan sehingga hingga kini aktivitas sekolah di Beoga sama sekali tidak berjalan.
Adapun mata pencaharian penduduk setempat, mayoritas dari hasil bercocok tanam.
Di lokasi tersebut tidak terlalu banyak terdapat masyarakat pendatang.
"Masyarakat pendatang itu tidak sampai 20 orang, mereka biasanya yang buka warung, lalu tenaga kesehatan," kata Ali Akbar.
