ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Palestina vs Israel

Pertamina Mulai Waspada Soal Dampak Perang Hamas vs Israel ke Indonesia

Secara berkala Pertamina memang melakukan penyesuaian harga untuk produk-produk BBM nonsubsidi sesuai regulasi yang berlaku.

Editor: Roy Ratumakin
Tribun-Papua.com/Istimewa
Serangan mendadak kelompok Hamas Palestina ke Israel dekat perbatasan Gaza pada Sabtu (7/10/2023). (dok. Reuters) 

TRIBUN-PAPUA.COM – Perekonomian di Indonesia pastinya bakal terdampak dengan perang antara Hamas dan Israel.

Bahkan, kedutaan Besar Israel di AS pada Selasa (10/10/2023) mengumumkan, ada lebih dari 1.000 orang tewas akibat serangan Hamas terhadap Israel yang dimulai sejak akhir pekan lalu.

Sementara, korban terluka di Israel yang dilaporkan oleh Kedutaan tersebut yakni mencapai lebih dari 3.000 orang.

Baca juga: Kata Dosen HI USTJ:Perang Israel-Hamas Bisa Memperburuk Stabilitas Global Timur Tengah

Diketahui, jumlah korban tewas dalam perang Hamas-Israel naik lagi menjadi 1.908 orang.

Sebelumnya, korban tewas yang dilaporkan di kedua sisi mencapai kurang dari 1.500 orang.

 

 

Investor Bergeser

Direktur Center of Economi and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, konflik Palestina VS Israel akan memicu investor bergeser ke aset yang aman.

"Kondisi tersebut dapat memicu dolar AS menguat dalam jangka pendek. Hal itu berpotensi menaikkan harga sejumlah barang dan komoditas impor khususnya pangan," terang Bhima dikutip Rabu (11/10/2023).

"Contohnya beras, meskipun ada negara yang siap jual ke Indonesia tapi biaya impor berasnya dipengaruhi dolar AS sehingga beras impor harganya naik," sambung Bhima.

Baca juga: IRON SWORD, Serangan Menakutkan Israel ke Jalur Gaza

Selain biaya impor beras akan terpengaruh, BBM juga akan lebih mahal dan berpotensi menaiknya harga minyak mentah.

"Kenaikkan harga dolar AS akan menjadi kabar buruk bagi importir minyak," terangnya.

Bhima memprediksi konflik di timur tengah bisa menaikkan harga minyak mentah hingga 90-92 dolar AS per barrel, di mana saat ini dipasar spot harga minyak berkisar 83 dolar AS per barrel.

"Meski naik tetap belum mampu menandingi harga saat krisis minyak mentah 1973 yang saat itu menembus rekor kenaikan tertinggi dari 2 dollar AS per barrel menjadi 11 dollar AS per barrel atau naik 450 persen," tutur Bhima.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved